Selasa, 03 Desember 2019

Photo by Jon Moore on Unsplash
Terhitung sudah dua bulan seorang ibu lanjut usia ini kutemani. Ketika para pegawai kantoran mulai sibuk dengan kendaraan masing-masing menuju tempat kerja, saat lampu-lampu berganti dengan sinar surya, ibu ini pun datang memikul puluhan pot bunga kecil yang ditata sedemikian rupa di kotak kayu. Tak heran jika punggung yang dulu tegak kini semakin merunduk, kian membungkuk.

Siapapun yang melihat pasti merasa tidak wajar. Seorang wanita lanjut usia memikul beban berat setiap hari. Apa mau dikata, tuntutan kehidupan membuat setiap orang harus melangkahi batas kewajaran. Tak selamanya kesenangan berpihak pada kita. Ada kalanya seseorang perlu pengorbanan untuk setitik kebahagiaan. Baik pengorbanan untuk mendapatkan campur tangan sesama manusia ataupun campur tangan Sang Pencipta.

Meski jumlah pot bunga saat dibawa datang dan pulang tidak berubah, senyum tetap menghiasi bibirnya yang pecah-pecah akibat udara yang terlalu panas. Tidak sekalipun terlontar keluhan, walau peluh terus membasahi ujung kerah yang sudah lusuh. 

Beberapa pejalan kaki yang terkadang singgah kerap bertanya seputar tanaman yang dijual dan tentang sang penjual itu sendiri. Telingaku menangkap cerita singkat dari ibu itu. Ia berjualan untuk menopang kehidupan yang sudah hampir roboh. Membiayai anak di bangku kuliah, melunasi pembayaran kesehatan bapak, sampai turut membantu tetangga yang juga hampir roboh bersama.

Hatiku tersentuh, dalam keadaan yang jauh dari cukup saja beliau masih bisa membantu. Bagaimana denganku? Sedangkan diriku yang masih bisa berdiri tegap, tanpa kekurangan sedikitpun ini hanya sedikit memayungi beliau dari teriknya panas siang. Hujan pun masih bisa menembus dedaunanku yang lebat.

Inilah kisahku selama menemani seorang ibu yang sudah renta. Kisah pohon trembesi yang menjadi saksi bisu pejuang jalanan, seorang ibu lanjut usia dengan kebaikan hatinya yang tak terhingga.

#30DWC
#30DWCJilid15
#Day19

0 komentar:

Posting Komentar

Usai dibaca, komen juga

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts