Selasa, 03 Desember 2019

Menawannya kisah perjuangan salah satu imam besar umat islam yakni Imam Ahmad bin Hanbal acap kali menghiasi kisah-kisah teladan yang disampaikan orang tua ke buah hati mereka. Dari mulai tempaan hebat ibunda, kondisi keluarga yang berada di bawah kecukupan, hingga sang ayahanda yang lebih dulu menutup kehidupan. Hebatnya, keimanan yang diwariskan tidak membuat Imam Ahmad dan ibunya mengedepankan keterbatasan.

Berbekal sedikit roti kering dan garam, sang ibu menyuruh putranya untuk melakukan perjalanan demi sebuah pendidikan. Masih lekat ucapan ibu Imam Ahmad saat melepas kepergiannya, “Jika kita menitipkan sesuatu kepada Allah, tidak akan disia-siakan-Nya. Aku titipkan dirimu kepada-Nya, dzat yang tidak pernah menelantarkan titipan.” Sungguh mulianya sang ibu, sekaligus mengharukan.
Iman dan tawakal menjadi teman di sepanjang perjalanan, untuk menjadi seorang ahli hadits. Tanpa GPS, saat tersesat, Imam Ahmad berdoa untuk ditunjukkan jalan. Belum habis beliau melapalkan doa, Allah sudah bukakan jalan untuknya. Inilah kekuatan doa. Selama kita mengingat dan menjaga Allah di hati kita, Allah pun akan mengingat dan menjaga kita.

Saat sudah dikenal sebagai ulama yang kaya akan ilmu pengetahuan dengan jutaan hadits di luar kepala yang sanggup ia lontarkan kapan saja, beliau tetap rendah hati dan membumi. Prinsip zuhud tertanam kuat ketika Imam Ahmad sudah berumah tangga. Anaknya, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal mengisahkan bahwa sang ayah tidak pernah mengganti sepatu selama 18 tahun. Setiap ada bagian yang robek, Imam Ahmad akan menjahit dengan tangannya sendiri.

Seorang yang bergelar imam, selalu ditumpahkan pujian dan sanjungan kerap membalas dengan kerendahan hatinya, “Kita adalah orang-orang miskin. Jika bukan karena Allah menutup aib kita, semua orang akan tahu kejelekan kita.” Terkadang pun, saat seharusnya pujian membuat manusia tersenyum dan besar kepala, beliau malah menjawab, “Menurutku itu adalah istidraj dari Allah.”

Hikayat di atas hanyalah bagian kecil dari luasnya keteladanan seorang Imam Ahmad. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya, dan mempertemukan kita di jannah-Nya.

#30DWC
#30DWCJilid15
#Day25

0 komentar:

Posting Komentar

Usai dibaca, komen juga

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts