Photo by negerilaskarpelangi.com |
Pernah melihat orang dengan kuku yang hitam dan kotor duduk santai di malam hari dengan kaki disilangkan sambil membaca? Jangan salah, bacaannya tak kalah keren, karyanya Mas Pram yang mendunia sampai sekarang. Dan lagi-lagi jangan salah, kuku hitam itu didapat dari lada setelah sedekah getah kepada para pemanen lada, termasuk aku.
Romusha-begitu istilah yang dikatakan ibuku-singkatan dari rombongan mutik sahang. Dalam beberapa hari ini aku mengambil upah dari memanen lada milik sepupu dari keluarga bapakku.
Lumayan, untuk memenuhi keinginan membacaku yang lumayan tinggi.
Lumayan, untuk memenuhi keinginan membacaku yang lumayan tinggi.
Dari memanen lada, cukup banyak yang aku dapat, walau tidak semuanya positif. Para pemanen lada itu memiliki sifat bibi-bibi sejati, jago membicarakan semua hal dari yang terkecil sampai terbesar, dari muda sampai tua, dari miskin sampai kaya, dan dari yang lain sampai yang lainnya. Aku yakin, setelah ini nasibku tidak jauh beda dengan mereka yang pernah singgah di dunia para bibi sejati tadi.
Kalau kalian juga ingin tahu kemeriahan dunia bibi-bibi sejati itu, aku tidak akan memenuhi keingintahuan kalian. Karena kisah "aku" tidak dibuat untuk sebuah rasa keingintahuan. Hanya cuma-cuma, untuk teman minum kopi barangkali, untuk mengenalku lewat kisah-kisah ini juga tentunya.
Kalau kalian juga ingin tahu kemeriahan dunia bibi-bibi sejati itu, aku tidak akan memenuhi keingintahuan kalian. Karena kisah "aku" tidak dibuat untuk sebuah rasa keingintahuan. Hanya cuma-cuma, untuk teman minum kopi barangkali, untuk mengenalku lewat kisah-kisah ini juga tentunya.
Oya, jika kalian berkesempatan menjadi bagian dari romusha dan lingkungan di sana serupa dengan yang kuceritakan ini, kusarankan kalian menggunakan headset. Jelas untuk menangkis kemeriahan dunia para bibi sejati di sana. Lebih baik mendengar hal lain yang jauh lebih bermanfaat. Tanpa headset kau akan lebih mengenal seluk beluk kondisi beberapa keluarga. Setiap sesi beda pembahasan, beda bab, beda keluarga.
Oh tidak, apakah sekarang kita sudah memasuki dunia bibi-bibi sejati?
0 komentar:
Posting Komentar
Usai dibaca, komen juga