Photo by Taman Buku Tintin |
Perpustakaan identik dengan larangan berbicara ataupun
mengeluarkan suara terlalu keras. Sama halnya dengan peraturan yang berlaku di
perpustakaan yang sedang kami tempati berdua sekarang. Di salah satu pojokan
bagian buku bahasa asing, kami duduk bersampingan dengan satu buah laptop
seperangkat dengan casan, satu pena dan buku serta ponsel. Masih empat jam
sebelum mendapat usiran halus dari penjaga perpus karena waktu berkunjung sudah
habis.
Ruangan dengan bau khas tumpukan buku ini menjadi tempat
kunjungan favorit kami dua minggu terakhir ini. Meskipun dengan tujuan selain
membaca buku-buku usang tersebut. Membaca status di media sosial, membaca raut
wajah orang-orang yang datang, sampai membaca pikiran dosen yang sedang dalam
mood buruk tadi di kelas.
Kegiatan konyol berawal dari temanku yang mengakses internet
tapi jaringan perpustakaan kurang mendukung. Alhasil ia malah menekan-nekan
tombol spasi di keyboard, meloncat-loncatkan naga agar tidak tertusuk duri
kaktus yang tak nyata. Bermain game di salah satu web browser. Aku yang mulai
kehabisan ide untuk melakukan apa, juga turut serta membuka web browser
tersebut. Ikut meloncat-loncatkan naga di dunia maya. Teknologi memang
memudahkan, malah menjadikan suatu hal yang mustahil terjadi jika dipikirkan.
Bayangkan saja jika di dunia nyata, dengan menekan suatu tombol orang-orang
bisa membuat naga meloncat. Membayangkan naga muncul di kehudipan saja sudah
membuatku bergidik.
Yang menarik perhatian mata-mata di sekeliling kami, suara
naga yang meloncat-loncat ini disetel dengan level cukup tinggi. Terlebih,
disuarakan dari dua sumber yang berbeda, menambah besar level keberisikan di
perpus. Ah, masa bodoh. Tampaknya kami terlalu mengamalkan bakat seni yang
disalurkan setelah membaca buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat.
#30DWC
#30DWCJilid15
#Day 24
*Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat bisa dibeli di Taman Buku Tintin, hanya Rp 72.000 saja (bridging yang pas sekali :v)
0 komentar:
Posting Komentar
Usai dibaca, komen juga