Kamis, 31 Oktober 2019

Photo by Rafael Sarno on Unsplash
Suara pengumuman dari interkom bandara selalu terdengar bersahut-sahutan saat berada di ruang tunggu. Dari mulai pemberitahuan keterlambatan yang selalu menuai desahan kecewa pelanggan, pengumuman gerbang keberangkatan, sampai pemanggilan nama-nama penumpang yang belum nampak ketika yang lainnya sudah masuk ke pesawat. Mendengar beberapa nama dipanggil, mengingatkanku saat pemanggilan nama-nama santriwati yang mendapat hukuman bahasa sewaktu di pondok dulu. Menajamkan telinga, waspada dengan nama yang terus disebutkan selanjutnya. Akibat nama yang langka saat pengumuman pelanggar bahasa inilah, aku ingin merasakan sensasi dipanggil lewat pengeras suara. 

Sekarang, mentari saja belum muncul sempurna, aku sudah mengantongi tiket pesawat ke kampung halaman, duduk dengan perasaan cemas di bangku belakang supir. Waktu sudah menunjukkan 30 menit sebelum keberangkatan. Sedangkan untuk sampai ke bandara, perlu waktu lebih. Tidak ingin membuat penumpang satu-satunya kecewa di awal hari ini, pak supir melajukan mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Beberapa jalan berlobang tak lagi diindahkan. Aku yang kesusahan menahan tas agar tidak terjatuh sambil mengelus-ngelus kepala akibat terkena bagian atas mobil pun tak dihiraukan.

Kendaraan roda empat yang sedari tadi berpacu melawan waktu akhirnya memasuki area pemberhentian penumpang di depan pintu keberangkatan 20 menit setelah waktu lepas landas yang tertulis di tiket. Kusodorkan beberapa lembar uang, setelah dipastikan sesuai dengan kesepakatan. Setengah berlari aku masuk, melewati bagian x-ray, dan sampai di tempat check-in. Mataku mencari penuh harap ke tulisan-tulisan maskapai dengan tujuan terbang yang berbeda di depan sana. Masih tak percaya, kutanyakan kepada bapak yang berdiri di samping konter maskapai penerbanganku. Ah, isi dompetku terbuang sia-sia kali ini.

Terbang sudah tiket dan jatah uang sakuku bersamaan dengan langkah gontai yang mengiringi kemalanganku. Aku berjalan ke luar, bergabung dengan pengunjung bandara yang entah mengantarkan sanak famili ataupun menjemput mereka. Satu pikiran yang terlintas menerbitkan senyumanku. Apa tadi namaku juga dipanggil lewat pengeras suara karena tak kunjung masuk ke pesawat? Tampaknya keinginanku memang terwujud. Haruskah aku gembira, menambahkan tanda di daftar keinginan yang sudah terpenuhi? Konyol sekali.

#30DWC
#30DWCJilid15
#Day9






0 komentar:

Posting Komentar

Usai dibaca, komen juga

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts