Kamis, 31 Oktober 2019


Sudah hampir lima belas menit aku duduk diangkot biru tujuan kampus dengan penuh kecemasan. Karena tak kunjung tiba di tujuan. Supir angkot tidak melewatkan satu kursipun tanpa penumpang. Pun dengan kakiku yang terbungkus sepatu coklat kusam ini, terus kuhentakkan, ikut merasakan kecemasan. Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba saja hapalan doaku bertambah. Berbagai macam doa terus kurapalkan, agar tak berakhir konyol di depan kelas. Aku berusaha untuk tidak terlambat.
Beberapa pasang mata di dalam angkot mulai menyorot tajam ke arah pengemudi, menuntut hal yang sama, ingin segera tiba di kampus. Merasakan tatapan tajam dari kami dan tak ingin penumpangnya beralih ke angkot lain, angkot mulai berjalan.

Langsung kusodorkan pecahan dua ribu rupiah tepat setelah angkot berhenti di depan fakultasku. Tidak! Sepertinya kelas sudah dimulai. Firasatku terbukti, hari ini aku bergabung menjadi border belakang di mata kuliah ini. Border belakang yang biasanya diisi oleh kaum adam. Perlahan, aku mengakses internet lewat ponsel.

“Lirik lagu Maju Tak Gentar,” kuketikkan di kolom pencarian.

Salah satu peraturan bagi mahasiswa yang telat khusus di mata kuliah ini adalah menyanyikan lagu wajib nasional Maju Tak Gentar. Segera kuhapalkan lirik lagu yang muncul dari hasil pencarian. Semoga saja Dosenku tidak menyadari ada yang telat.

Perkuliahan usai, it’s show time. Aku dan beberapa teman lainnya membentuk grup paduan suara dadakan di depan kelas. Memperdengarkan lagu Maju Tak Gentar. Di beberapa bagian, aku mengeluarkan jurus lipsync. Hanya cuap-cuap tanpa suara. Pelajaran yang kudapat hari ini, jangan malas jika tidak ingin telat, dan jangan telat jika tidak hapal lirik. Ternyata, usaha yang kukerahkan untuk tidak terlambat masih kalah dibandingkan usahaku untuk terus memupuk rasa malas. Maju ke depan kelas untuk melaksanakan hukuman cukup membuatku gentar.

#30DWC
#30DWCJilid15
#Day6

0 komentar:

Posting Komentar

Usai dibaca, komen juga

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts