Photo by mostafa meraji on Unsplash
|
Dalam Alquran, manusia disebut dengan beberapa kata, termasuk insan. Menurut Ibnu Mandzhur, salah satu kata yang mendasari insan dalam bahasa arab adalah nasiya, yang berarti lupa. Karena hal inilah, ungkapan nisyan (pelupa) melekat pada manusia. Gelar pelupa melekat bukan tanpa penyebab. Seorang utusan Allah pun pernah lupa.
Perisitiwa ini diceritakan dalam salah satu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Saat Nabi Adam diciptakan, Allah mengusap punggungnya. Kemudian, muncul seluruh jiwa yang akan menjadi anak cucunya. Allah meletakkan kilauan cahaya di antara tiap kedua mata mereka. Nabi Adam bertanya, “Ya Rabbi, siapa mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah anak cucumu.” Saat melihat seseorang lainnya yang ia kagumi, Nabi Adam kembali melontarkan pertanyaan, “Wahai Rabbi, siapa ini?” Allah menjawab, “Ini adalah laki-laki dari kalangan umat terakhir dari anak cucumu yang bernama Dawud.” Setelah mengetahui bahwa Allah memberi laki-laki tersebut usia sepanjang enam puluh tahun, Nabi Adam memberikan empat puluh tahun dari umurnya untuk Dawud. Ketika malaikat maut datang menemui Nabi Adam, beliau bertanya keheranan, “Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun?” Malaikat menjawab dengan sama herannya, “Bukankah engkau telah memberikannya kepada anakmu Dawud?”
Berkenaan dengan peristiwa di atas, Imam Tirmidzi juga meriwayatkan sabda Rasulullah yang lainnya, “Adam mengingkari, maka anak cucunya pun mengingkari. Adam dijadikan lupa, maka anak cucunya dijadikan lupa, dan Adam berbuat salah, maka anak cucunya berbuat salah.” Lupa sudah menjadi salah satu sifat manusiawi. Oleh karena itu, adalah hal yang lumrah ketika kita sebagai manusia sering melupakan berbagai macam hal.
Alasan sifat yang melekat tidak lantas membuat semua pekerjaan yang dibumbui lupa menjadi tidak berdosa. Lupa bisa dijadikan sebuah karunia atau berujung bahaya. Kasus pertama, saat kita tertimpa musibah, tertimpa bencana, dilanda kesedihan, atau semacamnya. Maka, pada kasus ini lupa adalah karunia yang Allah kirimkan. Bayangkan jika Allah melepas nikmat lupa dari diri manusia? Kita tidak bisa melupakan kesedihan-kesedihan yang menimpa kita. Dalam waktu yang lama, manusia akan larut dalam kesedihan.
Pada kasus yang berbeda, saat kita melupakan ilmu yang telah kita dapat atau melupakan hapalan yang telah kita ingat. Salah satu pepatah arab menggambarkan keadaan ini, “aafatul ‘ilmi nisyaan”, bencana ilmu adalah lupa. Tentu pada tingkat ini lupa merupakan pangkal dari bahaya. Walau memang, para ulama mengkategorikan kembali kondisi ini menjadi dua bagian. Lupa karena di luar kemampuan dan lupa karena unsur kesengajaan. Saat lupa yang muncul karena keterbatasan manusia, maka tidak berdosa. Tetapi, jika sengaja melupakan, tidak ada usaha untuk mendekatkan kembali ilmu-ilmu tersebut, maka dosa adalah jawabannya. Contoh sederhana adalah amanah yang ada pada tiap manusia. Ketika ada hal yang terlupakan karena keteledoran manusia itu sendiri, maka ia sudah berbuat zhalim.
Imam Bukhari pernah mendapat pertanyaan tentang bagaimana meminimalisir sifat lupa. Beliau menjawab bahwa terus mengulang atau membaca adalah jalan keluarnya. Sifat lupa muncul ketika manusia tidak terlalu akrab dengan perkara tersebut, atau boleh jadi tidak menyukainya. Jadi, jika ingin melupakan hal-hal yang tidak bermanfaat, sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Semoga kita semua dijauhkan dari sifat lupa terhadap hal-hal yang bermanfaat. Aamiin.
Masya Allah terima kasih mbk sudah berbagi ilmu, benar sekali lupa bisa jadi bencana namun justru bisa jadi sebuah anugerah. Anugerah disini lupa atas kesedihan bisa membuat kita bangkit dan menjalani hidup lebih semangat. Semoga sukses selalu mbk yusti 🌺
BalasHapusJelas dan kompleks, tulisan ini membawa kembali kosep lupa yang mungkin terlupa :D
BalasHapusAamiin. Lupa dengan unsur kesengajaan bisa menjadi penyakit yang membahayakan untuk sendiri. Tulisan yang bernutrisi untuk jiwa. Terima kasih
BalasHapusAamiin dek. "Lupa" yang paling menyakitkan adalah ketika dilupakan. 😅
BalasHapusMasyaAllah, terimakasih dek, semoga berkah ya tulisannya
BalasHapuspokoknya hindari penyakit lupa ya
BalasHapusbermanfaat sekali tulisannya. Jazakillah khairan
BalasHapus