Illustration by YuQo |
Siang ini agak berbeda dari biasanya.
Orang-orang yang setiap hari lalu lalang dan sibuk berbincang, hari ini terlihat
panik dan diam memandang dari jendela rumah mereka. Bekas kemasan minuman dan
makanan di sekitarku pun tidak lagi terlihat. Menyusul siang yang diam, sirine
ambulans memecah teriknya hari ini. Bukan hanya satu, bahkan kukira sampai
belasan atau puluhan ambulans berlarian di jalanan, berganti peran dengan
orang-orang yang memilih tak berkeliaran. "AYO LAWAN COVID-19 DENGAN
MELAKUKAN SOCIAL DISTANCING." "LAWAN COVID-19 DENGAN TETAP BERDIAM DI
RUMAH." Beberapa himbauan bermakna serupa memenuhi papan iklan. Aku baru paham.
Keramaian sedang dipadamkan.
Beberapa sisi jalan hanya diisi oleh gerai
kudapan kecil yang sepi pembeli dan tukang ojek yang kehilangan penumpang. Saat
angin menggiring
penglihatanku ke arah mereka, aku turut merasakan ketidakberdayaan. Di sisi
lain, aku senang tak mendapati sampah di sekitarku. Aku senang bisa menghirup
udara kota tanpa tambahan suara ricuh dan kepulan asap. Melihat orang yang
terus-terusan mengkampanyekan social distancing ataupun physical distancing, aku menggerutu di
dalam hati. 'Aku saja yang sebelumnya selalu dekat dengan keluarga dan
sahabatku, kalian paksa untuk hidup terpisah. Tidak nyaman harus berjauhan dengan
kerabat dan sahabat. Tahu rasa kalian sekarang!'
Mungkin bagi mereka ini adalah cobaan atau
teguran. Tapi bagiku, ini adalah awal dari harapan. Di hari-hari yang sepi ini,
aku mendoakan agar tidak ada lagi teman-temanku yang terpisah dari kerabatnya.
Tidak ada lagi tangan-tangan yang meninggalkan sampah dengan wajah tak berdosa.
Tidak ada lagi hati-hati egois yang menginginkan lebih dari yang mereka punya.
Aku berharap semua bisa mengambil pelajaran, tidak hanya pengalaman. Ini
saatnya doaku dikabulkan. Doa pohon tua yang hampir dimakan usia.
#Hangka
#IndonesiaHebat
#dirumahaja
#Asketikkata
Penulisnya nih sedikit mengecoh pembaca. Seolah peran utamanya manusia. Tetapi ternyata sudut pandang dari sebuah pohon. Mantap ceritanya.
BalasHapusSerasa lebih bebas mengekspresikan tokoh ketika diperankan oleh selain manusia, Mba.
HapusMengambil sudut pandang dari pohon menarik sekali.
BalasHapusSisi positif dari Corona berdampak pada kualitas udara yang bersih. Bahkan pegunungan Himalaya bisa dilihat dari kejauhan setelah 30 tahun lamanya.
Iya Ka, banyak sisi positif yang bisa dijadikan pelajaran dari pandemi ini.
HapusPemikiran kreatif sekali. Saya suka endingnya. Sulit ditebak kalau itu pohon.
BalasHapusIya, memang kadang perlu melihat dari sudut pandang yang berbeda. Walaupun penggambarannya di tulisan ini masih jauh dari sempurna. :D
Hapus