Photo by Allie Smith on Unsplash
|
Sejak dunia dihebohkan dengan munculnya berita mengenai Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di China, virus ini menjadi fokus utama di berbagai negara. Seperti yang dimuat dalam South China Morning Post (SCMP), kasus pertama di China diperkirakan terjadi pada tanggal 17 November 2019. Virus ini mulai menginfeksi seorang pria berusia 55 tahun, asal Provinsi Hubei. Tidak perlu menunggu waktu lama, virus ini menyebar dengan kecepatan yang luar biasa. Jumlah kasus terkonfirmasi semakin meningkat dan tersebar di berbagai negara. Berdasarkan data gugus tugas percepatan penanganan COVID-19, di Indonesia sendiri sampai tanggal 13 April tercatat 4.557 orang yang dinyatakan positif, 380 orang sembuh, sementara yang meninggal mencapai angka 399. Karena penyebaran wabah ini semakin meluas, pada Maret 2020 World Health Organization (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi.
Selama pandemi ini berlangsung, keadaan lingkungan menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan kebijakan karantina wilayah dan pembatasan sosial. Kebijakan ini memaksa masyarakat untuk melakukan semua aktivitas di rumah. Tempat ibadah, pusat perbelanjaan dan tempat-tempat umum lainnya pun ditutup. Semua industri tidak lagi beroperasi. Moda transportasi pun ikut dibatasi. Kondisi-kondisi ini berujung pada berkurangnya polusi dan penurunan emisi karbon. National Geographic menuliskan penjelasan Profesor Rob Jackson, ketua Global Carbon Project yang dilansir dari Reuters, bahwa pada tahun 2020 terjadi penurunan emisi karbon hingga lima persen. Profesor ilmu sistem bumi di Stanford University ini menambahkan bahwa penurunan emisi karbon yang terjadi adalah penurunan paling drastis sejak Perang Dunia II.
Infographic by Liputan 6 |
Selain itu, karantina dan pembatasan sosial juga berdampak pada eksploitasi alam yang semakin berkurang. Eksploitasi alam menyebabkan habitat fauna hilang dan berpindah ke daerah permukiman warga untuk mencari tempat perlindungan. Kontak antara hewan dengan manusia di kondisi tertentu membuat virus dari hewan dapat berpindah ke manusia melalui pernapasan ataupun kotoran. Untuk membuktikan hal ini, Christine Johnson, peneliti dari University of California, beserta timnya melakukan penelitian mengenai penularan virus dari hewan ke manusia. Dengan data ratusan virus yang menginfeksi manusia dan hewan, penelitian ini membuktikan pernyataan mengenai perpindahan virus tersebut adalah benar. Johnson menjelaskan bahwa eksploitasi alam seperti perburuan dan penebangan hutan liar mengakibatkan populasi hewan bergeser. Pergeseran populasi ini menyebabkan manusia lebih rentan terserang penyakit.
Dampak positif terhadap lingkungan tidak serta merta membuat COVID-19 dianggap sebagai pelindung bumi. Banyak dampak negatif lain yang lebih merugikan. Jumlah sampah medis selama pandemi berlangsung tentu meningkat pesat. Ratusan hingga ribuan nyawa hilang. Kondisi ekonomi melonjak turun. Apalagi jika pandemi tidak kunjung mereda. Beberapa penelitian yang menggunakan model matematika dari beberapa universitas di Indonesia sepakat bahwa perkiraan puncak pandemi berada di bulan Mei atau Juni, dengan kondisi pemerintah tegas mengeluarkan kebijakan dan masyarakat mengikuti kebijakan dengan disiplin. Jika yang terjadi di lapangan adalah kebalikannya, maka puncak pandemi akan semakin mundur. Akhirnya, semakin lama juga pandemi mereda.
Situasi yang terjadi saat ini seharusnya dapat membuat masyarakat sadar bahwa kondisi lingkungan yang baik muncul ketika kita memberikan aksi yang sama baiknya. Contohnya, kondisi alam yang terjaga menghasilkan kulitas udara yang sehat. Pandemi ini dapat dijadikan titik balik untuk mengubah gaya hidup masyarakat. Karena jika perilaku masyarakat tidak berubah, kondisi lingkungan setelah pandemi berakhir akan kembali seperti semula, bahkan bisa lebih buruk. Sebagaimana yang dikhawatirkan oleh National Geographic, bahwa kegiatan yang selama ini tertunda seperti proses produksi di pabrik-pabrik akan meningkat berkali-kali lipat untuk menutupi ketertinggalan selama pandemi. Satu-satunya pilihan adalah menjadi garda terdepan untuk sama-sama menjaga kelestarian alam. Tidak hanya masyarakat umum, tapi semua pihak termasuk pemerintah.
#WAGFLPSumselMenulis
#flpsumsel
#dirumahaja
0 komentar:
Posting Komentar
Usai dibaca, komen juga