Zona nyaman tidak bisa mendatangkan perubahan, malah akan melenakan. Maka dari itu, ayo bangun dan tebar kebaikan.Jarak yang jauh tidak membuat hubungan persaudaraan merenggang. Walaupun berada di provinsi yang berbeda saya masih sempat bertukar sapa dengan salah satu Konsultan Relawan (KAWAN) SLI asal Jawa Barat yang pernah ditugaskan di Kabupaten Ogan Ilir. Apa itu SLI? Singkatnya, Sekolah Literasi Indonesia (SLI) adalah salah satu program Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan. Program ini fokus pada perbaikan kualitas sekolah-sekolah di Indonesia. Tapi bukan tentang SLI yang akan saya ceritakan di sini. Saya akan sedikit menceritakan mengenai perbincangan saya dengan salah satu konsultan relawan tersebut.
Terinspirasi dari salah satu film, menyalurkan ilmu-ilmu yang beliau punya ke daerah-daerah marginal menjadi alasannya bergabung menjadi relawan. Pengalaman-pengalaman yang disampaikan lewat ketikan memberikan banyak pelajaran, terutama bagi saya pribadi. Dimulai sejak kedatangannya ke Ogan Ilir yang membuahkan culture shock. Selama bertugas, tentu ada saja peristiwa mengharukan hingga yang memberikan inspirasi. Seperti yang ia ceritakan, ada salah satu sekolah yang kondisinya benar-benar memprihatinkan. Kurang layak untuk disebut sebagai tempat mengenyam pendidikan. Di sisi lain, ada seorang guru yang sudah lanjut usia, tapi memiliki semangat yang tinggi dalam merespon kebaikan. Lalu, sebagai relawan, apa sih yang didapat dari program seperti itu? Pertanyaan ini adalah hal terakhir yang saya tanyakan. Seolah melihat dunia dari sisi yang berbeda, ia menjadi lebih memaknai arti bersyukur. Selain itu kemampuan bersosialisasinya juga meningkat, ditambah dengan kekeluargaan yang benar-benar terasa dari para guru. Seperti bertemu dengan orang tua di rumah sendiri.
Apa tujuan saya menceritakan kisah singkat ini? Pertama-tama, perhatikan tujuan beliau. Terus berada di zona nyaman membuat ia ingin melakukan sesuatu yang lain. Sehingga ia memutuskan untuk menjadi relawan, berbagi kebaikan di daerah-daerah yang tertinggal. Hanya dari niatnya saja, sudah terhitung pahala berbuat kebaikan. Bagaimana dengan hari-hari yang dihabiskan selama bertugas? Hampir setiap hari mengunjungi sekolah-sekolah di tempat yang berbeda dengan jarak yang tidak dekat. Langkah yang sudah ditempuh untuk melakukan kebaikan pasti tidak terhitung. Itu hanyalah beberapa titik dari tak berhingga kebaikan yang ia lakukan. Saya sendiri berkesempatan untuk bergabung, membantu relawan SLI dalam agenda Pesta Literasi Ogan Ilir. Dengan beberapa rangkaian acara, agenda ini bertujuan untuk mengedukasi para guru dan siswa dalam mengurangi sampah plastik serta bijak dalam memanfaatkan bekas sampah plastik.
Bersama kedua konsultan relawan SLI sehabis acara |
Keluar dari zona nyaman tidak diartikan sebagai tekanan. Justru akan memberikan hal-hal baru yang tidak ditemukan jika terus tinggal dalam kenyamanan. Banyak sumber-sumber kebaikan yang menanti di luar sana. Berbuat baik tidak hanya kepada kaum dhuafa. Ada kewajiban lain seperti berbuat baik kepada orang tua, kepada sesama, serta kepada lingkungan. Kita hanya perlu membuka pintu, meninggalkan semua atribut yang melenakan, memandang sekitar dengan mata kemanusiaan. Pertanyaannya, mengapa kita harus meninggalkan zona nyaman untuk berbuat kebaikan? Urusan pribadi aja belum beres, lah kenapa sok-sok ngurusin kebaikan pula? Kalem guys, simak beberapa alasan di balik kebaikan berbagi di luar zona nyaman berikut.
1. Berbuat Kebaikan Adalah Kewajiban
Kita tentu menyepakati pernyataan ini, bahwa berbuat baik adalah kewajiban. Kehidupan sejatinya tidak lain diisi oleh kebermanfaatan. Menjadi manusia yang bermanfaat harus dijadikan dasar bagi setiap orang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Kebaikan yang kita lakukan adalah investasi kebaikan lain untuk diri kita sendiri. Baik investasi untuk dunia maupun untuk akhirat.
2. Memunculkan Kebahagiaan
Saat kita membagikan sesuatu dari tangan kita ke tangan orang lain, melihat senyum yang ada di wajah mereka akan membuat bibir kita ikut tersenyum. Ada kebahagian tersendiri yang tidak terukur dan tidak terdefinisikan dari kebaikan berbagi. Terkadang seseorang sibuk kesana-kemari mencari sumber kebahagiaan mereka. Mengeluarkan banyak biaya, pergi ke tempat-tempat mewah, hingga mengasingkan diri. Tapi ketahuilah, kebahagiaan itu bersumber dari diri sendiri. Lebih tepatnya dari hati. Jika hati kita baik, maka output yang dihasilkan oleh diri kita juga baik. Mungkin jika kita sulit tergerak untuk melakukan kebaikan, hati kita sedang butuh nutrisi. Kebaikan adalah salah satu sumber nutrisi tersebut.
3. Didoakan oleh Orang Lain
Kebaikan yang kita lakukan akan memunculkan kebaikan lain untuk diri kita sendiri. Yakinlah, sekecil apapun kebaikan yang kita ulurkan, pasti dibalas dari jalan yang tak terduga, pada waktu yang tidak disangka-sangka. Ada sebuah kebaikan di atas kebaikan lainnya. Simbiosis mutualisme. Balasan yang tak ternilai dari penerima manfaat kebaikan kita adalah doa. Pencapaian yang kita peroleh bukan sepenuhnya hasil usaha kita sendiri. Banyak tangan-tangan lain yang menengadah, meminta kebaikan untuk kita. Bayangkan setiap senyuman yang kita tebar, setiap usaha yang kita kerahkan, setiap orang yang kita beri pertolongan. Berapa banyak doa yang melangit untuk kita?
4. Menebarkan Energi Positif
Secara sadar ataupun tidak, setiap kebaikan yang kita lakukan bisa menular kepada siapapun. Tanpa kita sangka, saat melakukan kebaikan, ada orang lain yang menyaksikan dan ikut tersentuh. Akhirnya orang tersebut melakukan kebaikan yang sama. Bisa jadi kebaikan yang orang tersebut lakukan mengundang orang yang lain lagi untuk melakukan yang kebaikan. Subjek-subjek kebaikan pun akan terus bertambah.
5. Kita Semua Adalah Satu
Saat salah satu bagian tubuh kita terluka, bagian lainnya ikut merasakan sakit. Tidak mungkin kan, kaki terluka, tapi bibir kita tersenyum bahkan tertawa? Jelas tidak. Karena tubuh kita akan merasakan kesakitan yang sama jika bagian tubuh lainnya terluka. Ketika ada saudara kita yang kesusahan, memerlukan uluran kebaikan, harusnya muncul rasa empati dari dalam diri kita. Karena kita bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Begitulah seharusnya sikap yang dimiliki sesama saudara, seiman maupun setanah air. Bila tidak pandai dalam merasa, bayangkan jika kita berada dalam posisi orang yang membutuhkan tersebut.
6. Nyaman Tapi Membahayakan
Jangan salah mengira, kenyamanan yang membuat kita selalu merasa aman nyatanya tidak benar-benar membawa keamanan. Selama kita sibuk di lingkaran kita sendiri, tidak menggubris dunia luar sama sekali, setiap itulah berbagai hal berubah. Perubahan-perubahan di berbagai sektor akan selalu bergerak dinamis. Suka atau tidak, kita dituntut untuk mengikuti perubahan tersebut jika ingin bertahan. Karena tidak terbiasa dengan hal baru, perkembangan diri kita juga akan terhambat. Satu hal yang pasti, peluang untuk melakukan kebaikan semakin berkurang. Sedangkan kita tidak tahu kapan ajal akan datang.
1. Berbuat Kebaikan Adalah Kewajiban
Kita tentu menyepakati pernyataan ini, bahwa berbuat baik adalah kewajiban. Kehidupan sejatinya tidak lain diisi oleh kebermanfaatan. Menjadi manusia yang bermanfaat harus dijadikan dasar bagi setiap orang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Kebaikan yang kita lakukan adalah investasi kebaikan lain untuk diri kita sendiri. Baik investasi untuk dunia maupun untuk akhirat.
2. Memunculkan Kebahagiaan
Saat kita membagikan sesuatu dari tangan kita ke tangan orang lain, melihat senyum yang ada di wajah mereka akan membuat bibir kita ikut tersenyum. Ada kebahagian tersendiri yang tidak terukur dan tidak terdefinisikan dari kebaikan berbagi. Terkadang seseorang sibuk kesana-kemari mencari sumber kebahagiaan mereka. Mengeluarkan banyak biaya, pergi ke tempat-tempat mewah, hingga mengasingkan diri. Tapi ketahuilah, kebahagiaan itu bersumber dari diri sendiri. Lebih tepatnya dari hati. Jika hati kita baik, maka output yang dihasilkan oleh diri kita juga baik. Mungkin jika kita sulit tergerak untuk melakukan kebaikan, hati kita sedang butuh nutrisi. Kebaikan adalah salah satu sumber nutrisi tersebut.
3. Didoakan oleh Orang Lain
Kebaikan yang kita lakukan akan memunculkan kebaikan lain untuk diri kita sendiri. Yakinlah, sekecil apapun kebaikan yang kita ulurkan, pasti dibalas dari jalan yang tak terduga, pada waktu yang tidak disangka-sangka. Ada sebuah kebaikan di atas kebaikan lainnya. Simbiosis mutualisme. Balasan yang tak ternilai dari penerima manfaat kebaikan kita adalah doa. Pencapaian yang kita peroleh bukan sepenuhnya hasil usaha kita sendiri. Banyak tangan-tangan lain yang menengadah, meminta kebaikan untuk kita. Bayangkan setiap senyuman yang kita tebar, setiap usaha yang kita kerahkan, setiap orang yang kita beri pertolongan. Berapa banyak doa yang melangit untuk kita?
4. Menebarkan Energi Positif
Secara sadar ataupun tidak, setiap kebaikan yang kita lakukan bisa menular kepada siapapun. Tanpa kita sangka, saat melakukan kebaikan, ada orang lain yang menyaksikan dan ikut tersentuh. Akhirnya orang tersebut melakukan kebaikan yang sama. Bisa jadi kebaikan yang orang tersebut lakukan mengundang orang yang lain lagi untuk melakukan yang kebaikan. Subjek-subjek kebaikan pun akan terus bertambah.
5. Kita Semua Adalah Satu
Saat salah satu bagian tubuh kita terluka, bagian lainnya ikut merasakan sakit. Tidak mungkin kan, kaki terluka, tapi bibir kita tersenyum bahkan tertawa? Jelas tidak. Karena tubuh kita akan merasakan kesakitan yang sama jika bagian tubuh lainnya terluka. Ketika ada saudara kita yang kesusahan, memerlukan uluran kebaikan, harusnya muncul rasa empati dari dalam diri kita. Karena kita bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Begitulah seharusnya sikap yang dimiliki sesama saudara, seiman maupun setanah air. Bila tidak pandai dalam merasa, bayangkan jika kita berada dalam posisi orang yang membutuhkan tersebut.
6. Nyaman Tapi Membahayakan
Jangan salah mengira, kenyamanan yang membuat kita selalu merasa aman nyatanya tidak benar-benar membawa keamanan. Selama kita sibuk di lingkaran kita sendiri, tidak menggubris dunia luar sama sekali, setiap itulah berbagai hal berubah. Perubahan-perubahan di berbagai sektor akan selalu bergerak dinamis. Suka atau tidak, kita dituntut untuk mengikuti perubahan tersebut jika ingin bertahan. Karena tidak terbiasa dengan hal baru, perkembangan diri kita juga akan terhambat. Satu hal yang pasti, peluang untuk melakukan kebaikan semakin berkurang. Sedangkan kita tidak tahu kapan ajal akan datang.
Bulan Ramadhan sebagai bulan penuh keberkahan menjadi ladang yang berpeluang besar menyediakan kebaikan berbagi. Apalagi dalam kondisi wabah yang terus menyebar. Ladang yang tersedia semakin luas. Banyak cara untuk tetap berbagi di tengah pandemi, salah satunya dengan berdonasi lewat Dompet Dhuafa. Berikut beberapa contoh kegiatan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga yang aktif dalam menebar kebaikan.
Penyemprotan disinfektan bersama komunitas lain (sumber: Dompet Dhuafa) |
Membagikan makanan untuk berbuka puasa secara gratis (sumber: Dompet Dhuafa) |
Cara membayar zakat fitrah di tengah pandemi corona |
Catatan: tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa
Referensi:
1. https://www.kompasiana.com/economist-suweca.blogspot.com/5c2f45f6bde57559667edcb3/dengan-berbagi-hidup-lebih-berarti
2. http://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/pengertian-zakat
3. https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/ketentuan-zakat-fitrah
4. https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/zakat-fitrah-corona