Kamis, 16 Juli 2020

Oleh: Yusti Qomah

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara maritim terbesar dengan dua pertiga luas lautannya lebih besar daripada daratan. Salah satu daerah yang banyak menyumbang angka luas lautan adalah Provinsi Bangka Belitung. Kepulauan yang resmi memisahkan diri dari Provinsi Sumatera Selatan di tahun 2000 ini dikelilingi lautan dan selat. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bangka Belitung, dari total luas wilayah yang mencapai 81.725,14 km persegi, 79,90% terdiri dari lautan yang memiliki luas 65.301 km persegi. Luas daratannya sendiri hanya 20,10% dari total luas wilayah, yaitu 16.424,14 km persegi. Tidak heran jika letak geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini menjadikan masyarakatnya banyak yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Daerah laut Bangka Belitung yang menyimpan banyak ekosistem di dalamnya memiliki nilai tersendiri bagi sektor pariwisata setempat. Salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Seperti yang dijelaskan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), karang sebetulnya adalah hewan kecil yang berkumpul membentuk koloni dari zat kapur dan akhirnya menjadi terumbu yang kokoh terlihat seperti batu. Tidak hanya sebagai rumah bagi hewan-hewan laut, terumbu karang juga memiliki banyak kegunaan lain. Beberapa jenis hewan laut yang terdapat di ekosistem terumbu karang berpotensi mengandung bahan bioakif untuk pengobatan kanker. Karang-karang tertentu yang mengandung kalsium karbonat juga digunakan untuk mengobati tulang rapuh. Tetapi, keadaan terumbu karang justru menghawatirkan bagi kelangsungan ekosistem bawah laut dan kelangsungan hidup masyarakat di sekitar laut tersebut. Hampir di setiap daerah di Bangka Belitung, terumbu karang ditemukan dalam keadaan rusak.

Pemandangan bawah laut di salah satu daerah Bangka Belitung (Bangka Pos)
Hal utama yang menyebabkan kerusakan terumbu karang ini adalah aktivitas dari manusia itu sendiri. Diiming-imingi keuntungan sesaat, manusia tidak lagi memikirkan akibat jangka panjang dari perilaku yang mereka lakukan. Aktivitas penambangan, pengeboman, dan kapal-kapal asing di perairan Bangka Belitung memicu kerusakan terumbu karang. Tambang timah yang dulu sempat menjadi pilihan utama warga Bangka Belitung untuk dijadikan sumber pendapatan meninggalkan banyak efek negatif berkepanjangan. Saat melihat pulau kecil ini dari udara, pemandangan lubang-lubang bekas tambang timah akan banyak kita jumpai. Kapal hisap dari Tambang Inkonvensional (TI) apung banyak terlihat di berbagai daerah. Tak dapat dielakkan jika limbah tambang yang mengandung zat beracun dan berupa lumpur akan membunuh banyak kehidupan di bawah laut. Dilansir dari beritasatu.com, beberapa tahun silam, ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Provinsi Bangka Belitung menerangkan bahwa 50% terumbu karang rusak karena tambang timah. 

Penelitian yang pernah dilakukan untuk melihat pengaruh kegiatan penambangan timah terhadap kualitas air laut di wilayah pesisir Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menunjukkan bahwa kandungan logam berat seperti Pb, Cd, dan Cr pada limbah cair sudah di atas rata-rata sehingga dapat mencemari lingkungan. Kemudian, air laut di Kabupaten Bangka yang terdapat aktivitas penambangan juga ikut tercemar. Pencemaran ini akan berujung pada berkurangnya biota laut, termasuk terumbu karang. Penebangan pohon-pohon di sepanjang pesisir laut dan pengambilan karang berlebihan juga menyebabkan matinya terumbu karang.

Kita seharusnya dapat mengambil pelajaran dari kasus dua kapal yang kandas di sekitar perairan Bangka Belitung pada tahun 2017. Kapal pertama merupakan kapal dari Bahama, yang meninggalkan kerusakan pada terumbu karang seluas 8.416 meter persegi. Menyusul setelahnya kapal dengan identitas bendera Belgia yang merusak terumbu karang seluas 10.177 meter persegi. Butuh waktu dua tahun sampai 2019 hingga akhirnya pihak pemerintah berhasil meminta ganti rugi atas kerusakan terumbu karang yang ditimbulkan. Dua tahun tersebut belum termasuk waktu restorasi atau pemulihan lingkungan akibat dua kapal asing tersebut. Sedangkan waktu yang diperlukan terumbu karang untuk tumbuh secara alami bisa mencapai 50 tahun.

Akibatnya, masyarakat Bangka Belitung yang berprofesi sebagai nelayan kesusahan dalam menangkap ikan. Normalnya, pada jarak 1 sampai 3 mil dari lepas pantai, mereka sudah bisa mendapat tangkapan ikan. Setelah banyaknya kerusakan pada terumbu karang, para nelayan harus menempuh jarak 10 mil bahkan lebih untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Efek yang ditimbulkan dari kerusakan ini memang tidak dirasakan secara langsung. Tetapi, cukup dengan membayangkan kehidupan generasi-generasi yang akan datang harusnya bisa membuat kita sadar dan memahami nilai penting dari ekosistem terumbu karang, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun budaya. 

Photo by Q.U.I on Unsplash
Untuk mengatasi kerugian yang ditimbulkan, tidak menutup kemungkinan bagi siapa saja untuk berupaya memulihkan keadaan terumbu karang. Kerusakan pada kehidupan biota laut ini tidak hanya menjadi tanggung jawab instansi atau komunitas yang bergerak di bidang kelautan atau lingkungan saja. Untuk dapat mewujudkan sebuah tujuan besar, perlu adanya dukungan dari setiap pihak, baik pemerintah ataupun masyarakatnya. Hal utama yang harus dibenahi adalah gaya hidup dan pola pikir. Dengan gaya hidup dan pola pikir yang sehat, tujuan-tujuan yang tertera dalam pasal 3 Undang-Undang No.32 tahun 2014 tentang kelautan akan lebih mudah tercapai. Semoga setiap individu lebih bijak dalam mengambil sikap yang berhubungan dengan sumber daya kelautan, terutama dalam keberlangsungan ekosistem terumbu karang. Selamat hari kelautan nasional!

#WAGFLPSumselMenulis
#lampauibatasmu

Sumber:
1. http://coremap.oseanografi.lipi.go.id
2. http://www.perumperindo.co.id
3. https://www.beritasatu.com
4. Undang-Undang No. 32 tahun 2014 tentang Kelautan
5. Kurniawan, dkk. Pengaruh Kegiatan Penambangan Timah terhadap Kualitas Air Laut di Wilayah  Pesisir Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Sumberdaya Perairan: 13-21

Kamis, 11 Juni 2020

You are what you eat. Ungkapan ini dengan jelas menggambarkan kondisi seseorang bergantung pada apa yang ia konsumsi. Makanan sebagai kebutuh primer memiliki pengaruh besar bagi setiap individu. Tidak diragukan lagi, setelah mengkonsumsi makanan yang kurang sehat, seperti makanan siap saji (fast food), tubuh kita akan bereaksi terhadap kandungan nutrisi yang kurang seimbang tersebut. Kepribadian, pola pikir, serta kebiasaan hidup pun akan menjadi tidak seimbang. Sebaliknya, dengan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang menyehatkan, semua yang tampak pada diri kita akan mengeluarkan energi positif.

Masing-masing daerah tentu memiliki makanan khas yang melambangkan kehidupan masyarakat di sana. Begitu juga dengan Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, tak terhitung jumlah makanan yang menjadi kearifan lokal setiap daerah. Jika makanan sehat yang terkenal di luar negeri adalah salad, maka pecel sayur adalah bentuk lain dari salad yang terkenal di dalam negeri. Rasa lezat khas dari bumbu kacang membuat pecel sayur menjadi salah satu makanan yang digemari banyak orang. Untuk dapat menikmati makanan yang berasal dari Pulau Jawa ini, kita bisa membuatnya sendiri di rumah. Selain bahan-bahannya mudah didapat dan murah, waktu yang diperlukan untuk membuatnya pun tidak lama. Berikut bahan sayur, bahan bumbu kacang, serta langkah-langkah untuk membuat pecel sayur.


Bahan Sayur

1. 100 gram mentimun
2. 100 gram kacang panjang
3. 100 gram sawi hijau
4. 100 gram tauge




Bahan Bumbu Kacang
1. 200 gram kacang
2. 25 gram gula merah
3. 1 ruas jari kencur
4. 9 buah cabai merah
5. 2 siung bawang putih
6. 2 lembar daun jeruk
7. ½ sendok teh garam
8. 1/3 gelas air mineral




Cara Membuat Pecel Sayur Bumbu Kacang

Pertama, persiapkan bahan. Cuci bersih semua sayur dan beberapa bahan untuk bumbu. Iris gula merah dan sayuran ke dalam potongan-potongan kecil. Ukuran potongan sayur bebas, bisa disesuaikan dengan selera masing-masing. Sayur yang digunakan tidak harus sama, bisa dimodifikasi dengan menggunakan bayam, labu siam, atau kacang buncis.

Setelah semua hasil irisan disisihkan, siapkan kacang, cabai merah, dan bawang putih. Panaskan wajan, kemudian goreng ketiga bahan tersebut. Setelah lima menit, sisihkan kacang, cabai merah, dan bawang putih yang sudah digoreng. Bagi yang menghindari  makanan berminyak, cukup dipanggang atau dipanaskan tanpa menggunakan minyak. Untuk penyuka pedas, jumlah cabai bisa disesuaikan atau ditambah cabai rawit merah.

Rebus sawi hijau, kacang panjang, dan tauge. Selain merebus sayur dalam air yang mendidih, bisa juga dengan cara dikukus. Perlu waktu tiga menit hingga sayur matang. Setelah matang, sisihkan ketiga sayur tersebut.

Langkah selanjutnya adalah membuat bumbu kacang. Pembuatan bumbu ini bisa menggunakan blender, ulekan, atau semacamnya. Jika tidak ingin menghabiskan tenaga dan waktu lebih banyak, dianjurkan untuk menggunakan blender. Pada resep ini, alat yang digunakan adalah ulekan. Setelah ulekan siap, ulek semua bahan untuk bumbu kacang, kecuali air. Setelah semua bahan halus dan tercampur rata, tambahkan air sedikit demi sedikit sampai tidak terlalu menggumpal dan tidak terlalu cair.


Terakhir, letakkan semua sayuran di atas piring saji. Siram bumbu kacang di atasnya. Sebagai pelengkap, bisa ditambahkan telur rebus atau tempe. Here it is! Vegetable salad with peanut sauce!



Pecel sayur bisa dijadikan alternatif sajian bagi siapa saja yang tidak menyukai sayur. Resep ini bisa menghasilkan dua porsi pecel sayur. Waktu yang dibutuhkan dari mulai persiapan hingga penyajian kurang lebih tiga puluh menit. Dalam sepiring pecel sayur terdapat kandungan karbohidrat sebanyak 32,26 gram, energi 234 kalori, lemak 3,32 gram, serta protein sebanyak 7,14 gram. Tunggu apa lagi? Buat pecel sayur versimu sekarang. Selamat mencoba!

#WAGFLPSumselMenulis
#lampauibatasmu

Selasa, 09 Juni 2020

Pandemi menjadikan dunia kita hanya berputar di dalam rumah. Hal-hal yang semula bisa dilakukan secara langsung, sekarang serba online. Keadaan ini jelas membuat para traveler kelimpungan. Alih-alih bisa menghabiskan waktu di beberapa destinasi wisata dalam satu bulan, sekarang hanya bisa menghabiskan waktu di rumah. Jalan-jalan virtual adalah salah satu alternatif untuk memuaskan pikiran dari bayangan-bayangan destinasi wisata yang muncul berdesak-desakan. Melihat tempat wisata sembari mengisi bucket list, mencatat tempat mana saja yang akan dikunjungi nantinya. Ataupun membuka folder-folder lama, mengenang cerita dari setiap hasil jepretan dan rekaman.

Jadi, mari sejenak membuka folder Aceh, provinsi yang sempat saya kunjungi sekitar pertengahan tahun 2019 silam. Dikenal dengan nilai religiusnya yang tinggi, daerah ini menawarkan banyak destinasi wisata. Meskipun dikelilingi banyak pantai, ada berbagai macam tempat wisata lain yang tidak kalah menarik. Berikut beberapa destinasi wisata selain pantai yang harus dikunjungi saat singgah ke Aceh:

1. Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Baiturrahman tampak depan
Hal pertama yang membius indra penglihatan ketika sampai di Aceh adalah bangunan masjidnya, dengan arsitektur bergaya islami-modern yang khas sekaligus megah. Masjid yang paling dikenal adalah Masjid Baiturrahman. Masjid yang menjadi ikon Provinsi Aceh ini terletak di pusat Kota Banda Aceh. Kekaguman saat melihat secara langsung berbeda ketika hanya melihat dari foto. Kubah yang berwarna hitam dan dominasi putih pada dindingnya menjadikan masjid ini terlihat sangat berbeda dari masjid lainnya. Selintas, gaya bangunan masjid ini mirip dengan Taj Mahal atau bangunan-bangunan di India. Ternyata, Masjid Baiturrahman memang didesain dengan mengadopsi gaya bangunan Mughal. Payung-payung yang berbaris di halaman depan masjid seolah menerbangkan kita ke Masjid Nabawi. Suasana kedamaian yang dihadirkan membuat kita ingin berlama-lama di sana, untuk beribadah atau hanya sekedar duduk di pelataran. Jalanan sekitar masjid dipenuhi dengan warga lokal yang menjajakan makanan, minuman, dan oleh-oleh khas Aceh. Menjelang ibadah salat Jumat, jalanan tersebut yang biasanya ramai dan susah dilewati menjadi sepi, tidak ada satupun yang melakukan aktivitas jual beli. Tidak heran jika provinsi ini mendapat julukan Serambi Mekah. Masjid Baiturrahman sendiri dibangun oleh salah satu kerajaan islam di Aceh. Dengan kekhasan dan nilai historisnya, masjid ini cocok dijadikan tempat tujuan wisata religi. 

2. Museum Tsunami

Dinding di salah satu ruangan yang dipenuhi nama korban
Bencana Tsunami yang sempat menggemparkan Indonesia pada tahun 2004 menyisakan banyak jejak, salah satunya adalah museum tsunami. Tidak hanya masjid, museum ini juga memiliki desain arsitektur yang unik dan istimewa. Bila dilihat dari atas, bangunan museum berbentuk gulungan ombak, yang menggambarkan tsunami itu sendiri. Saat melangkahkan kaki melewati pintu masuk, beberapa benda-benda rusak yang diakibatkan tsunami langsung menyambut. Kemudian, untuk sampai ke ruangan selanjutnya, kita akan melewati lorong tsunami. Lorong ini dibuat seolah-olah para pengunjung diminta untuk merasakan amukan gelombang untuk beberapa menit. Dengan suara gemuruh, aliran air di kiri dan kanan, dan sedikit percikan kita bisa ikut merasakan sedikit kisah tragis saudara-saudara kita dulu. Ruangan selanjutnya berisi kotak-kotak kaca yang memuat potongan kejadian-kejadian penting saat tsunami. Kemudian, ada bilik kecil yang dindingnya dipenuhi oleh nama-nama korban tsunami. Dalam bilik ini, jika kita mendongak ke atas akan kita dapati tulisan Allah. Ruangan kecil ini mengingatkan setiap pengunjung, bahwa tidak akan ada yang dapat memperkirakan kematian. Kapan, di mana, dan dengan siapa. Sepanjang tangga menuju lantai kedua, di bagian atasnya terdapat tulisan damai yang diterjemahkan  ke dalam berbagai bahasa. Kita juga bisa menyaksikan kembali rekaman video saat bencana tsunami terjadi di salah satu ruangan di lantai dua. 

Lafaz Allah yang terlihat di salah satu ruangan museum tsunami
3. Titik Nol Kilometer di Sabang

Tugu nol kilometer Indonesia
Belum lengkap perjalanan ke Aceh jika tidak menyeberang ke Sabang. Dengan menggunakan kapal cepat, dibutuhkan waktu sekitar satu jam atau lebih untuk sampai ke Sabang. Sampai di Sabang, kita bisa menggunakan angkutan yang tersedia untuk mengantarkan sampai ke titik nol kilometer. Jalan yang ditempuh pun berliku. Setelah terombang-ambing di laut, perjalanan dari pelabuhan di Sabang ke titik nol kilometer yang tidak sebentar bisa menyebabkan kepala pusing. Tapi akan langsung hilang setelah kita menginjakkan kaki di depan tugu titik nol kilometer dengan pemandangan lautan yang membentang tak berujung. Para penjual makanan, minuman, dan oleh-oleh berlabel titik nol kilometer memenuhi kanan dan kiri jalan, sibuk memanggil pembeli dengan meneriakkan dagangannya. Jika foto tidak cukup sebagai penyimpan cerita di titik nol kilometer, kita bisa mencetak semacam sertifikat yang menandakan bahwa kita sudah pernah mendatangi titik ini. Tentu saja tidak gratis.

4. Brayeung Leupung

Suasana di Brayeung Leupung
Sisi lain Brayeung Leupung dari perahu bebek kayuh
Brayeung Leupung merupakan objek wisata alam yang masih alami, sebuah tempat pemandian di kaki bukit. Tepatnya di Kecamatan Leupung, Aceh Besar. Setelah menempuh perjalanan satu jam dari Banda Aceh, kita akan disambut dengan air jernih dan dingin, udara sejuk, dengan beberapa gazebo untuk melepas penat, serta pohon-pohon yang membuat tempat ini teduh. Jalanan ketika memasuki daerah ini memang sempit, saat ada dua mobil berpaspasan, harus ada satu mobil yang menepi sejenak. Brayeung Leupung merupakan destinasi wisata yang family friendly. Cocok untuk berwisata bersama keluarga, membawa anak kecil pun tidak masalah. Untuk tempat pemandian, ada bagian dangkal untuk anak-anak dan area yang dalam untuk orang dewasa. Jika ingin menikmati sejuknya air tanpa basah-basahan, kita bisa menyewa perahu karet atau perahu bebek kayuh yang tersedia dengan merogoh kocek dua puluh ribu per jam. Setelah lelah bermain dengan air, kita bisa mengisi perut dan menghilangkan dahaga dengan bekal bawaan atau menuju warung kecil yang berjejer di sisi-sisi tempat pemandian.

Empat objek wisata di atas bisa dimasukkan ke dalam itinerary saat melakukan perjalan ke Aceh. Untuk sampai ke empat tempat tersebut, ada beberapa pilihan transportasi yang dapat digunakan, seperti Trans Kutaraja, labi-labi, kendaraan pribadi, serta ojek atau taksi online.  Labi-labi adalah transportasi yang menyerupai mobil pick up dan hanya bisa ditemui di Aceh. Semoga pandemi segera berakhir dan tempat-tempat wisata kembali ramai dikunjungi. Selamat melanjutkan perjalanan virtual ke berbagai tempat lainnya!


*Semua foto adalah dokumentasi pribadi

Senin, 18 Mei 2020

(Oleh: Yusti Qomah)

“Lapar mengajarmu rendah hati selalu. Tadarus artinya memahami kitab suci. Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi.” Begitulah potongan karya salah satu grup nasyid dalam negeri, yang mengembalikan sedikit ingatan terhadap masa kanak-kanak. Tadarus Al-Qur’an adalah salah satu amalan khas pada bulan Ramadan. Dalam bahasa arab, tadarus berasal dari kata tadarosa-yatadarosu yang bermakna saling belajar atau saling memahami. Sebagaimana yang dituliskan di dalam lirik sebelumnya, tadarus Al-Qur’an merupakan kegiatan untuk memperdalam pemahaman kita terhadap kitab suci. Tidak hanya sekedar membaca, tapi juga memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan Al-Qur’an.

Illustration by YuQo
Seorang muslim sudah seharusnya memahami kitab suci yang dijadikan dasar dalam menjalankan segala bentuk aktivitas. Namun, kenyataan justru bertolak belakang dengan harapan. Banyak peristiwa kurang pantas yang ditunjukkan oleh seorang muslim, dan sering menjadi bahan obrolan panas terutama di dunia maya. Seolah terjadi degradasi makna pada label muslim. Hal ini tidak akan terjadi jika setiap kita memahami petunjuk penggunaan nikmat. Pendek kata, Allah tidak akan menurunkan nikmat tanpa petunjuk yang jelas. Pasti ada keterangan bagaimana cara menggunakannya, untuk apa seharusnya nikmat tersebut digunakan, dan lain sebagainya. Semua petunjuk tersebut ada pada kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, Al-Qur’an. Satu-satunya cara untuk meminimalisir kesalahan dalam perjalanan kehidupan adalah kembali mempelajari petunjuk yang Allah turunkan.

Pada hari-hari biasa di luar Ramadan, ganjaran membaca Al-Qur’an lebih istimewa dibandingkan dengan infak dan amalan kebaikan lain. Dalam Al-Baqarah ayat 261 tercatat bahwa pahala bagi yang menginfakkan hartanya minimal tujuh ratus kali lipat. Sedangkan dalam Al-An’am ayat 160 dijelaskan mengenai pahala dari setiap amalan kebaikan yang dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali. Untuk ganjaran bacaan Al-Qur’an, dijelaskan dalam hadits riwayat Tirmidzi bahwa setiap huruf yang dibaca bernilai satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Dalam kata lain, setiap infak yang kita keluarkan dilipatgandakan tujuh ratus kali dan setiap amalan kebaikan yang kita lakukan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali. Pernyataan ini tidak berlaku dalam membaca Al-Qur’an. Pahala yang diberikan tidak hanya dari seberapa sering kita membaca kalam Allah tersebut, tapi seberapa banyak huruf yang kita baca.

Lalu apa kaitannya dengan Ramadan? Rasulullah mengatakan tentang firman Allah dalam hadits qudsi bahwa puasa itu untuk Allah, dan Ia yang akan memberikan pahala secara langsung, dan setiap kebaikan yang dilakukan pada bulan Ramadan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali dari hari-hari biasa. Kebaikan di sini meliputi banyak amalan, termasuk membaca Al-Qur’an. Jadi, jika di hari-hari biasa kita membaca, “Alif lam mim,” mendapat tiga puluh kebaikan, maka pada bulan Ramadan dilipatgandakan menjadi tiga ratus kebaikan. Ramadan sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an jelas memberikan kelebihan bagi pembaca Al-Qur’an dibandingkan bulan-bulan sebelum dan setelahnya. Karena itulah, membaca dan meningkatkan pemamahaman mengenai kitab suci sangat dianjurkan pada bulan penuh keberkahan ini.

Al-Qur’an adalah sahabat terbaik bagi setiap muslim. Keajaiban-keajaiban kitab ini tidak hanya dari segi sususan kata atau maknanya, tetapi juga menyalurkan banyak manfaat bagi pembacanya. Cara ampuh untuk menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an adalah tidak menjauhinya dengan sengaja. Pernyataan yang cukup populer berikut ini menggambarkan kondisi ketika kita menjauhi Al-Qur’an. “Jika kita meninggalkan Al-Qur’an sehari, maka ia akan meninggalkan kita selama satu minggu. Jika kita meninggalkannya selama satu minggu, ia akan meninggalkan kita satu bulan. Saat kita meninggalkan Al-Qur’an selama satu bulan, ia akan meninggalkan kita satu tahun.” Bahkan, saat semakin lama kita menjauh, Al-Qur’an akan menjauh dari kita selama-lamanya. Na’udzubillah min dzalik. Ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan bacaan biasa. Selain itu, teman dan lingkungan juga sangat mempengaruhi keadaan ruhiyah. Saat dikelilingi oleh teman yang dekat dengan Al-Qur’an, selalu mengajak dan mengingatkan dalam kebaikan, kita akan lebih mudah untuk ikut melakukan kebaikan. Hal penting lainnya untuk menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an adalah diet gadget. Kurangi waktu bermain gadget, hanya gunakan untuk keperluan penting.

Sangat disayangkan jika kita menyia-nyiakan Ramadan kali ini dengan berjauhan dengan Al-Qur’an. Gawai yang kita tatap berjam-jam tidak mampu menolong kita di akhirat.  Film-film yang kita tonton bisa jadi bagian dari siasat setan menenggelamkan kita dalam kesia-siaan. Imam Syafi’i, yang memiliki nama asli Muhammad bin Idri Asy-Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak enam puluh kali di bulan Ramadan. Jadi, dalam satu hari beliau menyelesaikan tiga puluh juz Al-Qur’an sebanyak dua kali. Bagaimana dengan diri kita? Sudah berapa kali kita mengkhatamkan Al-Qur’an? Berapa juz yang kita baca sampai dengan hari ini? Seberapa dalam pemahaman kita dalam setiap ayat Al-Qur'an? Mari maksimalkan amalan di sisa Ramadan ini. Semoga Allah selalu menjaga kedekatan dan pemahaman kita terhadap Al-Qur’an. Allahumarhamnaa bil Qur’an, aamiin.

Indralaya, 18 Mei 2020

#WAGFLPSumselMenulis
#lampauibatasmu


Sumber:
1. https://muslim.or.id/30035-ternyata-puasa-itu-luar-biasa.html
2. https://islam.nu.or.id/post/read/116677/keutamaan-membaca-al-qur-an-dalam-hadits-rasulullah
3. https://rumaysho.com/11162-kisah-menakjubkan-para-ulama-mengkhatamkan-al-quran-dalam-sehari.html

Kamis, 30 April 2020

Zona nyaman tidak bisa mendatangkan perubahan, malah akan melenakan. Maka dari itu, ayo bangun dan tebar kebaikan.
Jarak yang jauh tidak membuat hubungan persaudaraan merenggang. Walaupun berada di provinsi yang berbeda saya masih sempat bertukar sapa dengan salah satu Konsultan Relawan (KAWAN) SLI asal Jawa Barat yang pernah ditugaskan di Kabupaten Ogan Ilir. Apa itu SLI? Singkatnya, Sekolah Literasi Indonesia (SLI) adalah salah satu program Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan. Program ini fokus pada perbaikan kualitas sekolah-sekolah di Indonesia. Tapi bukan tentang SLI yang akan saya ceritakan di sini. Saya akan sedikit menceritakan mengenai perbincangan saya dengan salah satu konsultan relawan tersebut.

Terinspirasi dari salah satu film, menyalurkan ilmu-ilmu yang beliau punya ke daerah-daerah marginal menjadi alasannya bergabung menjadi relawan. Pengalaman-pengalaman yang disampaikan lewat ketikan memberikan banyak pelajaran, terutama bagi saya pribadi. Dimulai sejak kedatangannya ke Ogan Ilir yang membuahkan culture shock. Selama bertugas, tentu ada saja peristiwa mengharukan hingga yang memberikan inspirasi. Seperti yang ia ceritakan, ada salah satu sekolah yang kondisinya benar-benar memprihatinkan. Kurang layak untuk disebut sebagai tempat mengenyam pendidikan. Di sisi lain, ada seorang guru yang sudah lanjut usia, tapi memiliki semangat yang tinggi dalam merespon kebaikan. Lalu, sebagai relawan, apa sih yang didapat dari program seperti itu? Pertanyaan ini adalah hal terakhir yang saya tanyakan. Seolah melihat dunia dari sisi yang berbeda, ia menjadi lebih memaknai arti bersyukur. Selain itu  kemampuan bersosialisasinya juga meningkat, ditambah dengan kekeluargaan yang benar-benar terasa dari para guru. Seperti bertemu dengan orang tua di rumah sendiri.

Apa tujuan saya menceritakan kisah singkat ini? Pertama-tama, perhatikan tujuan beliau. Terus berada di zona nyaman membuat ia ingin melakukan sesuatu yang lain. Sehingga ia memutuskan untuk menjadi relawan, berbagi kebaikan di daerah-daerah yang tertinggal. Hanya dari niatnya saja, sudah terhitung pahala berbuat kebaikan. Bagaimana dengan hari-hari yang dihabiskan selama bertugas? Hampir setiap hari mengunjungi sekolah-sekolah di tempat yang berbeda dengan jarak yang tidak dekat. Langkah yang sudah ditempuh untuk melakukan kebaikan pasti tidak terhitung. Itu hanyalah beberapa titik dari tak berhingga kebaikan yang ia lakukan. Saya sendiri berkesempatan untuk bergabung, membantu relawan SLI dalam agenda Pesta Literasi Ogan Ilir. Dengan beberapa rangkaian acara, agenda ini bertujuan untuk mengedukasi para guru dan siswa dalam mengurangi sampah plastik serta bijak dalam memanfaatkan bekas sampah plastik.

Bersama kedua konsultan relawan SLI sehabis acara
Kebaikan di Luar Zona Nyaman
Keluar dari zona nyaman tidak diartikan sebagai tekanan. Justru akan memberikan hal-hal baru yang tidak ditemukan jika terus tinggal dalam kenyamanan. Banyak sumber-sumber kebaikan yang menanti di luar sana. Berbuat baik tidak hanya kepada kaum dhuafa. Ada kewajiban lain seperti berbuat baik kepada orang tua, kepada sesama, serta kepada lingkungan. Kita hanya perlu membuka pintu, meninggalkan semua atribut yang melenakan, memandang sekitar dengan mata kemanusiaan. Pertanyaannya, mengapa kita harus meninggalkan zona nyaman untuk berbuat kebaikan? Urusan pribadi aja belum beres, lah kenapa sok-sok ngurusin kebaikan pula? Kalem guys, simak beberapa alasan di balik kebaikan berbagi di luar zona nyaman berikut.

1. Berbuat Kebaikan Adalah Kewajiban
Kita tentu menyepakati pernyataan ini, bahwa berbuat baik adalah kewajiban. Kehidupan sejatinya tidak lain diisi oleh kebermanfaatan. Menjadi manusia yang bermanfaat harus dijadikan dasar bagi setiap orang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Kebaikan yang kita lakukan adalah investasi kebaikan lain untuk diri kita sendiri. Baik investasi untuk dunia maupun untuk akhirat.

2. Memunculkan Kebahagiaan
Saat kita membagikan sesuatu dari tangan kita ke tangan orang lain, melihat senyum yang ada di wajah mereka akan membuat bibir kita ikut tersenyum. Ada kebahagian tersendiri yang tidak terukur dan tidak terdefinisikan dari kebaikan berbagi. Terkadang seseorang sibuk kesana-kemari mencari sumber kebahagiaan mereka. Mengeluarkan banyak biaya, pergi ke tempat-tempat mewah, hingga mengasingkan diri. Tapi ketahuilah, kebahagiaan itu bersumber dari diri sendiri. Lebih tepatnya dari hati. Jika hati kita baik, maka output yang dihasilkan oleh diri kita juga baik. Mungkin jika kita sulit tergerak untuk melakukan kebaikan, hati kita sedang butuh nutrisi. Kebaikan adalah salah satu sumber nutrisi tersebut.

3. Didoakan oleh Orang Lain
Kebaikan yang kita lakukan akan memunculkan kebaikan lain untuk diri kita sendiri. Yakinlah, sekecil apapun kebaikan yang kita ulurkan, pasti dibalas dari jalan yang tak terduga, pada waktu yang tidak disangka-sangka. Ada sebuah kebaikan di atas kebaikan lainnya. Simbiosis mutualisme. Balasan yang tak ternilai dari penerima manfaat kebaikan kita adalah doa. Pencapaian yang kita peroleh bukan sepenuhnya hasil usaha kita sendiri. Banyak tangan-tangan lain yang menengadah, meminta kebaikan untuk kita. Bayangkan setiap senyuman yang kita tebar, setiap usaha yang kita kerahkan, setiap orang yang kita beri pertolongan. Berapa banyak doa yang melangit untuk kita?

4. Menebarkan Energi Positif
Secara sadar ataupun tidak, setiap kebaikan yang kita lakukan bisa menular kepada siapapun. Tanpa kita sangka, saat melakukan kebaikan, ada orang lain yang menyaksikan dan ikut tersentuh. Akhirnya orang tersebut melakukan kebaikan yang sama. Bisa jadi kebaikan yang orang tersebut lakukan mengundang orang yang lain lagi untuk melakukan yang kebaikan. Subjek-subjek kebaikan pun akan terus bertambah.

5. Kita Semua Adalah Satu
Saat salah satu bagian tubuh kita terluka, bagian lainnya ikut merasakan sakit. Tidak mungkin kan, kaki terluka, tapi bibir kita tersenyum bahkan tertawa? Jelas tidak. Karena tubuh kita akan merasakan kesakitan yang sama jika bagian tubuh lainnya terluka. Ketika ada saudara kita yang kesusahan, memerlukan uluran kebaikan, harusnya muncul rasa empati dari dalam diri kita. Karena kita bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Begitulah seharusnya sikap yang dimiliki sesama saudara, seiman maupun setanah air. Bila tidak pandai dalam merasa, bayangkan jika kita berada dalam posisi orang yang membutuhkan tersebut.

6. Nyaman Tapi Membahayakan
Jangan salah mengira, kenyamanan yang membuat kita selalu merasa aman nyatanya tidak benar-benar membawa keamanan. Selama kita sibuk di lingkaran kita sendiri, tidak menggubris dunia luar sama sekali, setiap itulah berbagai hal berubah. Perubahan-perubahan di berbagai sektor akan selalu bergerak dinamis. Suka atau tidak, kita dituntut untuk mengikuti perubahan tersebut jika ingin bertahan. Karena tidak terbiasa dengan hal baru, perkembangan diri kita juga akan terhambat. Satu hal yang pasti, peluang untuk melakukan kebaikan semakin berkurang. Sedangkan kita tidak tahu kapan ajal akan datang.

Bulan Ramadhan sebagai bulan penuh keberkahan menjadi ladang yang berpeluang besar menyediakan kebaikan berbagi. Apalagi dalam kondisi wabah yang terus menyebar. Ladang yang tersedia semakin luas. Banyak cara untuk tetap berbagi di tengah pandemi, salah satunya dengan berdonasi lewat Dompet Dhuafa. Berikut beberapa contoh kegiatan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga yang aktif dalam menebar kebaikan.


Penyemprotan disinfektan bersama komunitas lain (sumber: Dompet Dhuafa)

Membagikan makanan untuk berbuka puasa secara gratis (sumber: Dompet Dhuafa)
Selain hal-hal di atas, sumber kebaikan lain yang juga merupakan kewajiban adalah zakat. Sebagai momen pembersih harta, zakat terbagi ke dalam zakat maal dan zakat fitrah. Zakat maal atau yang biasa disebut sebagai zakat harta contohnya seperti rumah, kendaraan, peternakan, pertanian, emas, dan lain-lain. Dompet Dhuafa menjelaskan secara rinci mengenai zakat maal dan nisabnya.  Sedangkan zakat fitrah adalah salah satu kekhasan dari Ramadhan. Nah, sebentar lagi mendekati akhir Ramadhan. Kita bisa merefresh makna dan ketentuan-ketentuan dari zakat fitrah. Walaupun ramadhan kali ini berlangsung di tengah pandemi, tidak perlu khawatir untuk membayar zakat. Simak cara-cara berikut untuk mengatasi pembayaran zakat fitrah di tengah pandemi.


Cara membayar zakat fitrah di tengah pandemi corona
Dengan kemajuan teknologi dan kondisi yang membuat kita tidak bisa bepergian jauh, Dompet Dhuafa sebagai lembaga zakat yang terpercaya adalah solusi. Dengan berzakat, kita telah memberikan harta kepada pemiliknya. Semua yang kita miliki bukan milik kita sepenuhnya. Ada hak orang lain di sana. Ayo terus menebar kebaikan, tinggalkan zona nyaman. Banyak jiwa yang menunggu uluran tangan kita. 

Catatan: tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa

Referensi:
1. https://www.kompasiana.com/economist-suweca.blogspot.com/5c2f45f6bde57559667edcb3/dengan-berbagi-hidup-lebih-berarti
2. http://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/pengertian-zakat
3. https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/ketentuan-zakat-fitrah
4. https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/zakat-fitrah-corona

Senin, 27 April 2020

Kesehatan adalah bagian terpenting dari kehidupan manusia. Baik sehat secara lahir mapun batin. Tidak perlu membahas masalah kesehatan yang besar. Cukup dari hal kecil saja, gigi dan mulut. Di usia kita sekarang, sudahkah kita menyikat gigi dengan benar? Sudahkah kita memperhatikan kesehatan mulut kita sebagaimana mestinya? Terlebih, di bulan Ramadhan, ini menjadi hal yang sangat penting. Tulisan ini muncul bukan karena fokus saya di bidang tersebut. Saya tertarik menuliskan bahasan mengenai gigi dan mulut setelah mengikuti diskusi online yang diadakan Kelas Online Inspirasi Muslimah (KOIM). Anggap saja ini sebagai insight dari diskusi tersebut.

Poster diskusi online yang diadakan KOIM
Angka penderita sakit gigi karena kurang tepat dalam perawatannya sangat tinggi. Mungkin karena masih jarang ditemukan akibat fatal dari sakit gigi. Tetapi tanpa kita sadari, penyakit pada gigi juga dapat menimbulkan gangguan serius lainnya. Contohnya pada gigi berlubang. Lubang yang dalam menghubungkan gigi dengan saraf dan pembuluh darah. Bakteri dari gigi pun akan masuk ke pembuluh darah, dan bisa berakhir di jantung dan pankreas. Walau bagaimanapun, rongga mulut merupakan gerbang penyakit. Semua makanan dan minuman masuk ke tubuh kita lewat rongga mulut.

Saya sendiri menemukan hal yang lucu tapi nyata. Ternyata selama dua puluh tahun lebih banyak hal keliru yang terbiasa dilakukan dalam merawat gigi dan mulut. Hal paling mendasar adalah menyikat gigi. Saya terbiasa membasahi mulut dan sikat gigi terlebih dahulu. Dan saya pikir ini terjadi pada hampir setiap orang. Dalam kondisi rongga mulut dan sikat gigi yang basah, fluoride yang terkandung dalam pasta gigi tidak akan berfungsi untuk mencegah gigi berlubang. Berkumur dilakukan setelah selesai menyikat gigi. 

Bentuk sikat gigi yang sering digunakan pun tidak tepat. Jika masih menggunakan sikat gigi dengan bentuk persegi dan bulu sikat yang keras, sebaiknya diganti kepala sikat gigi yang ujungnya bulat dan berbulu halus. Dengan menggunakan sikat gigi yang bentuk ujung sikatnya bulat, gigi-gigi di bagian belakang bisa tercapai oleh sikat gigi.

Contoh bentuk sikat gigi yang baik (Photo by Pixabay)
Bagi pengguna rutin obat kumur, sebetulnya tidak direkomendasikan jika kondisi gigi dan mulut baik-baik saja dalam arti masih bisa dibersihkan dengan menyikat gigi. Obat kumur digunakan ketika kita dalam kondisi tidak bisa menyikat gigi, seperti ada bagian rongga mulut yang terluka, sariawan, atau pasca pencabutan gigi. Untuk kondisi rongga mulut yang sehat, cukup dengan menggosok gigi sebanyak dua kali dalam sehari, setelah sarapan dan sebelum tidur. Pada bulan Ramadhan, lakukan setelah sahur dan sebelum tidur. Alasan tidak direkomendasikannya menggunakan obat kumur terlalu sering adalah keringnya rongga mulut dan sedikitnya air liur yang keluar (xerostomia).

Photo by CNN Indonesia
Selain dari tahapan-tahapan di atas, menyikat gigi menghadap cermin juga penting agar kita tahu bagian gigi mana yang belum dibersihkan. Menyikat gigi tidak bisa hanya mengandalkan perasaan. Berkenaan dengan benar atau tidaknya cara menyikat gigi, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan hanya 2,3 persen penduduk Indonesia yang menyikat gigi dengan benar. Rata-rata mereka adalah dokter gigi atau tenaga kesehatan yang memahami masalah kesehatan gigi. Diperkirakan tiap orang di Indonesia memiliki empat sampai lima gigi yang rusak. Semoga kesadaran untuk merawat gigi dan mulut dengan benar meningkat.

Sekedar informasi, KOIM mengadakan diskusi rutin dengan tema yang beragam. Jika tertarik untuk bergabung bisa menghubungi narahubung yang tertera di poster diskusi di atas. Khusus muslimah, ya. Bridging yang pas, kan. Hehe.

Senin, 20 April 2020

Dalam Alquran, manusia disebut dengan beberapa kata, termasuk insan. Menurut Ibnu Mandzhur, salah satu kata yang mendasari insan dalam bahasa arab adalah nasiya, yang berarti lupa. Karena hal inilah, ungkapan nisyan (pelupa) melekat pada manusia. Gelar pelupa melekat bukan tanpa penyebab. Seorang utusan Allah pun pernah lupa.

Perisitiwa ini diceritakan dalam salah satu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Saat Nabi Adam diciptakan, Allah mengusap punggungnya. Kemudian, muncul seluruh jiwa yang akan menjadi anak cucunya. Allah meletakkan kilauan cahaya di antara tiap kedua mata mereka. Nabi Adam bertanya, “Ya Rabbi, siapa mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah anak cucumu.” Saat melihat seseorang lainnya yang ia kagumi, Nabi Adam kembali melontarkan pertanyaan, “Wahai Rabbi, siapa ini?” Allah menjawab, “Ini adalah laki-laki dari kalangan umat terakhir dari anak cucumu yang bernama Dawud.” Setelah mengetahui bahwa Allah memberi laki-laki tersebut usia sepanjang enam puluh tahun, Nabi Adam memberikan empat puluh tahun dari umurnya untuk Dawud. Ketika malaikat maut datang menemui Nabi Adam, beliau bertanya keheranan, “Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun?” Malaikat menjawab dengan sama herannya, “Bukankah engkau telah memberikannya kepada anakmu Dawud?”

Berkenaan dengan peristiwa di atas, Imam Tirmidzi juga meriwayatkan sabda Rasulullah yang lainnya, “Adam mengingkari, maka anak cucunya pun mengingkari. Adam dijadikan lupa, maka anak cucunya dijadikan lupa, dan Adam berbuat salah, maka anak cucunya berbuat salah.” Lupa sudah menjadi salah satu sifat manusiawi. Oleh karena itu, adalah hal yang lumrah ketika kita sebagai manusia sering melupakan berbagai macam hal. 

Alasan sifat yang melekat tidak lantas membuat semua pekerjaan yang dibumbui lupa menjadi tidak berdosa. Lupa bisa dijadikan sebuah karunia atau berujung bahaya. Kasus pertama, saat kita tertimpa musibah, tertimpa bencana, dilanda kesedihan, atau semacamnya. Maka, pada kasus ini lupa adalah karunia yang Allah kirimkan. Bayangkan jika Allah melepas nikmat lupa dari diri manusia? Kita tidak bisa melupakan kesedihan-kesedihan yang menimpa kita. Dalam waktu yang lama, manusia akan larut dalam kesedihan.

Pada kasus yang berbeda, saat kita melupakan ilmu yang telah kita dapat atau melupakan hapalan yang telah kita ingat. Salah satu pepatah arab menggambarkan keadaan ini, “aafatul ‘ilmi nisyaan”, bencana ilmu adalah lupa. Tentu pada tingkat ini lupa merupakan pangkal dari bahaya. Walau memang, para ulama mengkategorikan kembali kondisi ini menjadi dua bagian. Lupa karena di luar kemampuan dan lupa karena unsur kesengajaan. Saat lupa yang muncul karena keterbatasan manusia, maka tidak berdosa. Tetapi, jika sengaja melupakan, tidak ada usaha untuk mendekatkan kembali ilmu-ilmu tersebut, maka dosa adalah jawabannya. Contoh sederhana adalah amanah yang ada pada tiap manusia. Ketika ada hal yang terlupakan karena keteledoran manusia itu sendiri, maka ia sudah berbuat zhalim.

Imam Bukhari pernah mendapat pertanyaan tentang bagaimana meminimalisir sifat lupa. Beliau menjawab bahwa terus mengulang atau membaca adalah jalan keluarnya. Sifat lupa muncul ketika manusia tidak terlalu akrab dengan perkara tersebut, atau boleh jadi tidak menyukainya. Jadi, jika ingin melupakan hal-hal yang tidak bermanfaat, sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Semoga kita semua dijauhkan dari sifat lupa terhadap hal-hal yang bermanfaat. Aamiin.

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts