Jumat, 14 Juni 2019

Photo by Jaunt and Joy on Unsplash
Hampir setengah jam aku berdiri di depan lemari pakaian, tepat di sudut kanan kamar, yang sebenarnya lebih pantas disebut lemari serba ada. Lemari empat tingkat, satu-satunya tempat penyimpanan yang kupunya. Di tingkat kedua yang lebih mudah untuk dicapai, kuletakkan pakaian harian dengan susunan yang tidak karuan. Yang berkuasa yang menang, begitu juga sistem penyusunan pakaianku. Pakaian yang kerap kupakai akan selalu berada di tumpukan paling atas. 

Setengah jam adalah waktu yang relatif lama bagi seorang laki-laki untuk peduli pada penampilan. Terlebih untukku yang selalu menggunakan atasan kaos berwarna pudar akibat sering kupakai, jika belum mendapati teguran dari teman sekamar esoknya kupakai lagi dengan kemeja kotak-kotak sebagai luaran tanpa mengancingkannya. Inilah seni berpakaian. 

Kemeja coklat muda di tumpukan bawah inilah yang membuatku berdiri lama. Tanpa tahu alasannya, hari ini aku bermaksud mengganti kebiasaan berpakaianku. Sebelumnya, aku tidak pernah mengenakan pakaian selain warna hitam dan abu-abu.

Hal pertama yang menyapaku karena kemeja coklat ini adalah tanggapan teman sekamar yang memberondongiku dengan beberapa pertanyaan.

“Ente sehat bro?”

“Mau tebar pesona ke yang mana?”

“Baju yang kemaren-kemaren udah disumbangin?”

Belum lagi ketika sampai di parkiran tempat aku bekerja. “Wah, sampe pangling. Tak kira artis dari mana.”

“Ustad kita makin gaul, makin rame nih pengunjung.”

“Kerennya nambah bro.”

Intinya, aku ganteng, aku tahu arti ucapan tersirat mereka. Hanya saja biasanya kegantenganku tertutupi oleh kemeja hitam atau abu-abu seakan sudah menjadi seragam wajib. Efek sampingnya, senyum terus menghiasi wajahku sampai tak sadar helm masih bertengger di kepalaku padahal aku sudah berjalan cukup jauh dari parkiran motor. Mengabaikan tatapan sang satpam, aku bergegas kembali dan meletakkan helm di motor.

Ah, pujian memang tak seharusnya dilontarkan. Baru beberapa menit saja sudah membuatku berasa di atas awan. Mungkin jika berjam-jam aku sudah melambung jauh entah sampai ke galaksi mana. Berhati-hatilah kawan, pujian sesungguhnya adalah ujian.

#30DWC #30DWCJilid15 #Day3

0 komentar:

Posting Komentar

Usai dibaca, komen juga

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts