Photo by Jaunt and Joy on Unsplash
|
Setengah jam adalah waktu yang relatif lama bagi seorang
laki-laki untuk peduli pada penampilan. Terlebih untukku yang selalu
menggunakan atasan kaos berwarna pudar akibat sering kupakai, jika belum
mendapati teguran dari teman sekamar esoknya kupakai lagi dengan kemeja
kotak-kotak sebagai luaran tanpa mengancingkannya. Inilah seni berpakaian.
Kemeja coklat muda di tumpukan bawah inilah yang membuatku
berdiri lama. Tanpa tahu alasannya, hari ini aku bermaksud mengganti kebiasaan
berpakaianku. Sebelumnya, aku tidak pernah mengenakan pakaian selain warna
hitam dan abu-abu.
Hal pertama yang menyapaku karena kemeja coklat ini adalah
tanggapan teman sekamar yang memberondongiku dengan beberapa pertanyaan.
“Ente sehat bro?”
“Mau tebar pesona ke yang mana?”
“Baju yang kemaren-kemaren udah disumbangin?”
Belum lagi ketika sampai di parkiran tempat aku bekerja. “Wah,
sampe pangling. Tak kira artis dari mana.”
“Ustad kita makin gaul, makin rame nih pengunjung.”
“Kerennya nambah bro.”
Intinya, aku ganteng, aku tahu arti ucapan tersirat mereka. Hanya
saja biasanya kegantenganku tertutupi oleh kemeja hitam atau abu-abu seakan
sudah menjadi seragam wajib. Efek sampingnya, senyum terus menghiasi wajahku
sampai tak sadar helm masih bertengger di kepalaku padahal aku sudah berjalan
cukup jauh dari parkiran motor. Mengabaikan tatapan sang satpam, aku bergegas kembali
dan meletakkan helm di motor.
Ah, pujian memang tak seharusnya dilontarkan. Baru beberapa
menit saja sudah membuatku berasa di atas awan. Mungkin jika berjam-jam aku
sudah melambung jauh entah sampai ke galaksi mana. Berhati-hatilah kawan,
pujian sesungguhnya adalah ujian.
#30DWC #30DWCJilid15 #Day3
0 komentar:
Posting Komentar
Usai dibaca, komen juga