Dulu sekali sewaktu masa-masa awal naik pesawat, pernah terlintas saat nama penumpang dipanggil lewat pengeras suara. Kapan-kapan bolehlah begitu juga. Tanpa memikirkan juga alasan mereka dipanggil.
Hari ini, jam 06.10 begitu waktu yang tertera di tiket elektronik yang kupesan malam sebelumnya untuk pulang ke kampung halaman di seberang. Travel yang kupesan sebelumnya datang sekitar 25 menit sebelum waktu keberangkatan. Sejujurnya, aku khawatir. Tapi segera kukesampingkan. Untuk mencapai bandara, apalagi di kisaran jam itu diperlukan waktu kurang lebih 40-50 menit. Di saat mentari sudah kembali bekerja, manusia pun turut memulai aktifitas masing-masing. Yang bekerja dengan gerobak mulai menarik gerobaknya ke luar rumah. Yang bekerja sebagai pendidik mulai memoles diri agar tampil berwibawa dihadapan peserta didiknya. Mungkin hanya yang berprofesi sebagai anak kosan masih bergelung dengan selimutnya. Jalanan sudah ramai.
Beberapa menit sekali, mataku selalu melirik ke jam di beranda smartphoneku. Berharap waktu juga bisa macet. Pukul 05.50 seharusnya sudah duduk kelaparan di ruang tunggu bandara, aku masih bergelut dengan kekhawatiran, karena takut ketinggalan pesawat dan takut karena mobil dikemudi dengan kecepatan yang tinggi.
Pukul 06.27 akhirnya sampai di bandara. Syukurlah. Dua kekhawatiranku berakhir, berganti dengan satu kekhawatiran baru. Akankan pesawat sudah lepas landas? Setelah menyerahkan beberapa lembar pecahan lima puluh ribu, setengah berlari aku menuju konter check in. Melihat sekeliling, tampaknya tidak ada lagi maskapai yang cocok dengan tujuanku sekarang.
"Permisi, pak, penerbangan jam 6.10 sudah berangkat ya?" Tampaknya bapak itu mengerti tatapan penuh harapku.
"Jam 6.00 tadi sudah lepas landas. Kalau ada kepentingan bisa kami carikan penerbangan baru dengan waktu tercepat." Aku mendesah kecewa.
Tapi tetap kuserahkan kartu pengenalku. Selanjutnya kembali menunggu dalam kekhwatiran. Sekarang bertambah lagi karena harga yang pastinya akan lebih mahal.
Tak lama, "maaf mba, tarif penerbangannya sangat tinggi, waktu penerbangannya pun masih agak lama. Kami sarankan untuk pulang terlebih dahulu."
Apa?
Tampaknya aku harus mengecek penerbangan yang masih tersedia via online. Dapat!
Naik ke lantai 2, aku masuk ke kantor maskapai yang didominasi warna merah tersebut. Syukurlah, walaupun harus menunggu lama, biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal.
Sampai di kursi tunggu di luar bandara, pikiranku kembali normal. 'Ah, apa namaku juga dipanggil berulang kali seperti mereka memanggil penumpang saat itu?' Tak ayal aku tersenyum. Haruskah aku mencentang keinginan dalam hatiku yang sudah tercapai ini?
Huh! Bukankah aku dipanggil karena terlambat? Ternyata malah merepotkan.
0 komentar:
Posting Komentar
Usai dibaca, komen juga