Senin, 18 Mei 2020

(Oleh: Yusti Qomah)

“Lapar mengajarmu rendah hati selalu. Tadarus artinya memahami kitab suci. Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi.” Begitulah potongan karya salah satu grup nasyid dalam negeri, yang mengembalikan sedikit ingatan terhadap masa kanak-kanak. Tadarus Al-Qur’an adalah salah satu amalan khas pada bulan Ramadan. Dalam bahasa arab, tadarus berasal dari kata tadarosa-yatadarosu yang bermakna saling belajar atau saling memahami. Sebagaimana yang dituliskan di dalam lirik sebelumnya, tadarus Al-Qur’an merupakan kegiatan untuk memperdalam pemahaman kita terhadap kitab suci. Tidak hanya sekedar membaca, tapi juga memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan Al-Qur’an.

Illustration by YuQo
Seorang muslim sudah seharusnya memahami kitab suci yang dijadikan dasar dalam menjalankan segala bentuk aktivitas. Namun, kenyataan justru bertolak belakang dengan harapan. Banyak peristiwa kurang pantas yang ditunjukkan oleh seorang muslim, dan sering menjadi bahan obrolan panas terutama di dunia maya. Seolah terjadi degradasi makna pada label muslim. Hal ini tidak akan terjadi jika setiap kita memahami petunjuk penggunaan nikmat. Pendek kata, Allah tidak akan menurunkan nikmat tanpa petunjuk yang jelas. Pasti ada keterangan bagaimana cara menggunakannya, untuk apa seharusnya nikmat tersebut digunakan, dan lain sebagainya. Semua petunjuk tersebut ada pada kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, Al-Qur’an. Satu-satunya cara untuk meminimalisir kesalahan dalam perjalanan kehidupan adalah kembali mempelajari petunjuk yang Allah turunkan.

Pada hari-hari biasa di luar Ramadan, ganjaran membaca Al-Qur’an lebih istimewa dibandingkan dengan infak dan amalan kebaikan lain. Dalam Al-Baqarah ayat 261 tercatat bahwa pahala bagi yang menginfakkan hartanya minimal tujuh ratus kali lipat. Sedangkan dalam Al-An’am ayat 160 dijelaskan mengenai pahala dari setiap amalan kebaikan yang dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali. Untuk ganjaran bacaan Al-Qur’an, dijelaskan dalam hadits riwayat Tirmidzi bahwa setiap huruf yang dibaca bernilai satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Dalam kata lain, setiap infak yang kita keluarkan dilipatgandakan tujuh ratus kali dan setiap amalan kebaikan yang kita lakukan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali. Pernyataan ini tidak berlaku dalam membaca Al-Qur’an. Pahala yang diberikan tidak hanya dari seberapa sering kita membaca kalam Allah tersebut, tapi seberapa banyak huruf yang kita baca.

Lalu apa kaitannya dengan Ramadan? Rasulullah mengatakan tentang firman Allah dalam hadits qudsi bahwa puasa itu untuk Allah, dan Ia yang akan memberikan pahala secara langsung, dan setiap kebaikan yang dilakukan pada bulan Ramadan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali dari hari-hari biasa. Kebaikan di sini meliputi banyak amalan, termasuk membaca Al-Qur’an. Jadi, jika di hari-hari biasa kita membaca, “Alif lam mim,” mendapat tiga puluh kebaikan, maka pada bulan Ramadan dilipatgandakan menjadi tiga ratus kebaikan. Ramadan sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an jelas memberikan kelebihan bagi pembaca Al-Qur’an dibandingkan bulan-bulan sebelum dan setelahnya. Karena itulah, membaca dan meningkatkan pemamahaman mengenai kitab suci sangat dianjurkan pada bulan penuh keberkahan ini.

Al-Qur’an adalah sahabat terbaik bagi setiap muslim. Keajaiban-keajaiban kitab ini tidak hanya dari segi sususan kata atau maknanya, tetapi juga menyalurkan banyak manfaat bagi pembacanya. Cara ampuh untuk menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an adalah tidak menjauhinya dengan sengaja. Pernyataan yang cukup populer berikut ini menggambarkan kondisi ketika kita menjauhi Al-Qur’an. “Jika kita meninggalkan Al-Qur’an sehari, maka ia akan meninggalkan kita selama satu minggu. Jika kita meninggalkannya selama satu minggu, ia akan meninggalkan kita satu bulan. Saat kita meninggalkan Al-Qur’an selama satu bulan, ia akan meninggalkan kita satu tahun.” Bahkan, saat semakin lama kita menjauh, Al-Qur’an akan menjauh dari kita selama-lamanya. Na’udzubillah min dzalik. Ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan bacaan biasa. Selain itu, teman dan lingkungan juga sangat mempengaruhi keadaan ruhiyah. Saat dikelilingi oleh teman yang dekat dengan Al-Qur’an, selalu mengajak dan mengingatkan dalam kebaikan, kita akan lebih mudah untuk ikut melakukan kebaikan. Hal penting lainnya untuk menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an adalah diet gadget. Kurangi waktu bermain gadget, hanya gunakan untuk keperluan penting.

Sangat disayangkan jika kita menyia-nyiakan Ramadan kali ini dengan berjauhan dengan Al-Qur’an. Gawai yang kita tatap berjam-jam tidak mampu menolong kita di akhirat.  Film-film yang kita tonton bisa jadi bagian dari siasat setan menenggelamkan kita dalam kesia-siaan. Imam Syafi’i, yang memiliki nama asli Muhammad bin Idri Asy-Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak enam puluh kali di bulan Ramadan. Jadi, dalam satu hari beliau menyelesaikan tiga puluh juz Al-Qur’an sebanyak dua kali. Bagaimana dengan diri kita? Sudah berapa kali kita mengkhatamkan Al-Qur’an? Berapa juz yang kita baca sampai dengan hari ini? Seberapa dalam pemahaman kita dalam setiap ayat Al-Qur'an? Mari maksimalkan amalan di sisa Ramadan ini. Semoga Allah selalu menjaga kedekatan dan pemahaman kita terhadap Al-Qur’an. Allahumarhamnaa bil Qur’an, aamiin.

Indralaya, 18 Mei 2020

#WAGFLPSumselMenulis
#lampauibatasmu


Sumber:
1. https://muslim.or.id/30035-ternyata-puasa-itu-luar-biasa.html
2. https://islam.nu.or.id/post/read/116677/keutamaan-membaca-al-qur-an-dalam-hadits-rasulullah
3. https://rumaysho.com/11162-kisah-menakjubkan-para-ulama-mengkhatamkan-al-quran-dalam-sehari.html

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts