Selasa, 07 Januari 2020

Ini tulisan blog pertama di tahun 2020. Sebenarnya banyak yang mau ditulis. Saking banyaknya bingung kisah mana yang harus dipublish dulu. Oke, yang terpilih adalah kisah KKNK 2018. Walaupun 2018 sudah lewat, tapi memorinya belum hilang, belum keformat. :v

Universitas Sriwijaya (UNSRI) mengirimkan empat delegasi pada Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan (KKNK) tahun 2018, termasuk saya. Kami berempat dari fakultas yang sama dan jurusan yang sama. Dari tahun ke tahun memang info KKNK yang seharusnya diburu mahasiswa malah berlaku sebaliknya di UNSRI. Terlebih, info pendaftaran KKNK ini disebar saat semester pendek, yang mana hanya beberapa fakultas tetap aktif seperti perkuliahan biasa. Karena kurang masifnya info dan minimnya pendaftar, kamilah yang terpilih. Pendaftaran delegasi UNSRI agak terlambat, sehingga info yang harusnya kami terima lebih awal baru diketahui beberapa waktu kemudian.

Delegasi KKNK UNSRI bersama Pembina saat Pembukaan KKNK (Indah, Nisa, Nirwan, Yusti)

Setelah ditempa tiga hari oleh pelatih yang tidak lain adalah Angkatan Laut di Pangkalan AL (LANAL) Pantai Klara, kami berempat ditugaskan mengabdi di Kabupaten Tulang Bawang Barat (TUBABA), tepatnya di empat desa yang berbeda tapi berdekatan. Saya sendiri di Tiyuh Tirta Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Barat. Sekilas info, tiyuh adalah sebutan untuk desa di daerah TUBABA, dan di setiap tiyuh ada RK. Untuk penugasan di Tiyuh Tirta Kencana, ada satu kelompok yang beranggotakan tujuh mahasiswa:
Hilal Isma (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara)
Dwiki Timur Pratama (Universitas Hasanuddin)
Dien Muhammad Salam (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
M. Fahrurrozy Alwi (Universitas Lampung)
Suci Rukiah Adam (Universitas Negeri Gorontalo)
Widyanti Wibowo (Universitas Airlangga)
Yusti Qomah (Universitas Sriwijaya)

Mahasiswa KKNK Tiyuh Tirta Kencana bersama Kepalo Tiyuh dan Istri
Peleton Way Seputih saat Pembekalan KKNK di LANAL Pantai Klara
Ya, kami bertujuh akan menghabiskan waktu bersama selama kurang lebih satu bulan. Tidur di bawah atap yang sama, menyelesaikan permasalahan tiyuh serta menjalankan visi dengan misi yang sama. Semakin hari tentunya kami semakin akrab dan semakin mengenal satu sama lain. Hal pertama yang tidak bisa dilupakan adalah masakan Bunda Ning (istri kepalo tiyuh), yang berhasil membuat kami lebih makmur dan lebih berat. :v Kondisi tiyuh yang masih asri memberikan ketenangan tersendiri bagi kami. Barisan pohon karet yang berjejer rapi, suara-suara hewan ternak di pekarangan rumah, dan sambutan hangat warga yang sangat disyukuri.

Untuk ukuran desa tempat mahasiswa melakukan KKN, Tiyuh Tirta Kencana tidak terlalu terpencil, relatif dekat dari kota dan minimarket, dan tidak terkendala masalah sinyal. Hanya saja, kondisi jalan tidak terlalu baik. Selain jalan utama masih banyak yang belum diaspal, hanya ditutupi kerikil-kerikil dan tanah. Tingkat keamanan tiyuh pun bisa dibilang masih rendah yang dapat dilihat dari pencurian saat KKN berlangsung. Posko keamanan masih sulit ditemukan, beberapa yang sudah dibangun malah tidak terurus. Saat malam hari, tidak dianjurkan untuk keluar rumah tanpa ditemani warga, dikarenakan tidak ada lampu jalan dan kondisi desa yang masih dikelilingi hutan.

Setiap siang, anak-anak sekolah berdatangan ke posko kami, katanya untuk belajar, belajar sambil bermain lebih tepatnya. Beberapa kali juga diadakan olahraga pagi bersama anak-anak dan warga sekitar. Popularitas kami meningkat dihadapan anak-anak Tiyuh Tirta Kencana. Kebersamaan dengan mereka sangat terasa saat mobil kepalo tiyuh mengantarkan kami ke bis untuk dipulangkan. Ada satu anak yang masih saya ingat sampai sekarang, Abel namanya. Ketika ditanya tentang cita-cita, dia menjawab ingin menjadi dosen matematika. Sebuah profesi yang sangat mulia. Karena konsen saya di bidang matematika, tentu hal ini menarik perhatian saya. Semoga menjadi dosen matematika yang hebat Abel! Tidak ketinggalan dua anak kembar Nona dan Noni yang semakin membuat kami betah dengan keceriaan dan kehebohannya. Oya, satu lagi, anak dari Ibu Supina, yang setia membuntuti kami. Tentu masih banyak teman-teman kecil yang lainnya. Doa yang terbaik untuk kalian semua! :)

Sejujurnya, waktu satu bulan yang bahkan mungkin tidak sampai, adalah waktu yang singkat untuk mengabdi. Masih banyak yang belum kami lakukan. Merasa lebih merepotkan ketimbang membantu. Apalagi saat berpamitan dengan setiap kepala RK dan perangkat tiyuh. Hanya bisa meminta maaf dan mendoakan kemajuan untuk Tiyuh Tirta Kencana.

Jika ingin melihat video singkat tentang kegiatan kami selama KKN bisa disaksikan lewat link berikut:

Berikut juga saya sertakan salah satu media yang memuat berita seputar KKNK 2018 pada saat itu:
641 Mahasiswa dari 55 Perguruan Tinggi akan Ikuti KKN Kebangsaan di Provinsi Lampung

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts