Sabtu, 15 Juli 2017

Sepupuku bilang, mandi menurut versinya ada tiga tipe.
Tipe pertama: cuci muka + gosok gigi.
Tipe kedua: cuci muka + membasuh bagian lekuk tubuh + gosok gigi.
Tipe ketiga: mandi komplit seperti biasa tapi asal-asalan.
Tipe keempat: mandi yang lebih baik dari asal-asalannya tipe ketiga.
Dan sekarang, dia baru saja menyelesaikan mandi tipe tiganya.
Aku juga tak mau kalah dan mulai merumuskan tipe-tipe mandiku.

Photo by negerilaskarpelangi.com
Tanah kelahiranku, 05-07-17
Pernah melihat orang dengan kuku yang hitam dan kotor duduk santai di malam hari dengan kaki disilangkan sambil membaca? Jangan salah, bacaannya tak kalah keren, karyanya Mas Pram yang mendunia sampai sekarang. Dan lagi-lagi jangan salah, kuku hitam itu didapat dari lada setelah sedekah getah kepada para pemanen lada, termasuk aku.

Romusha-begitu istilah yang dikatakan ibuku-singkatan dari rombongan mutik sahang. Dalam beberapa hari ini aku mengambil upah dari memanen lada milik sepupu dari keluarga bapakku.
Lumayan, untuk memenuhi keinginan membacaku yang lumayan tinggi.
Dari memanen lada, cukup banyak yang aku dapat, walau tidak semuanya positif. Para pemanen lada itu memiliki sifat bibi-bibi sejati, jago membicarakan semua hal dari yang terkecil sampai terbesar, dari muda sampai tua, dari miskin sampai kaya, dan dari yang lain sampai yang lainnya. Aku yakin, setelah ini nasibku tidak jauh beda dengan mereka yang pernah singgah di dunia para bibi sejati tadi.
Kalau kalian juga ingin tahu kemeriahan dunia bibi-bibi sejati itu, aku tidak akan memenuhi keingintahuan kalian. Karena kisah "aku" tidak dibuat untuk sebuah rasa keingintahuan. Hanya cuma-cuma, untuk teman minum kopi barangkali, untuk mengenalku lewat kisah-kisah ini juga tentunya. 

Oya, jika kalian berkesempatan menjadi bagian dari romusha dan lingkungan di sana serupa dengan yang kuceritakan ini, kusarankan kalian menggunakan headset. Jelas untuk menangkis kemeriahan dunia para bibi sejati di sana. Lebih baik mendengar hal lain yang jauh lebih bermanfaat. Tanpa headset kau akan lebih mengenal seluk beluk kondisi beberapa keluarga. Setiap sesi beda pembahasan, beda bab, beda keluarga.

Oh tidak, apakah sekarang kita sudah memasuki dunia bibi-bibi sejati?
Photo by National Post
06-06-017
15:19
Di kamar (beberapa hari setelah "kasus")

"Kasus"? Ya,  begitu aku menamainya. 

Apa karena keracunan cerita epik dari Sir Arthur Conan Doyle lewat Sherlock Holmesnya? Entahlah, tapi aku memang mengagumi kepiawan Holmes maupun penulisnya.  Kembali ke "kasus", kosanku kemalingan. Tapi aku etaplah aku, dengan kondisi dan ucapan biasa saja andalanku. Kalau kalian heran, berarti belum mengenalku. Kusarankan untuk berkenalan dulu, lewat kisah-kisah tentang "aku".

Musafir kosan-begitu yang aku tulis di ujung note di kosan temanku yang menandakan identitas si penulis. Ada benarnya juga. Sekarang memasuki tahun ketiga dan aku pindah, lagi, untuk kedua kalinya. Yang artinya, setiap tahun aku membuang tenaga untuk mengepak isi kamar, mengangkut, dan mengaturnya kembali di tempat baru, ditambah bersih-bersih kosan yang tak bisa ditinggal begitu saja. Sudah tiga macam alamatku yang terdaftar di kantor jasa pengiriman. Empat dengan rumah orang tuaku.

Tepat satu minggu sebelum ramadhan, aku pindah ke sini, tempatku menulis di tanggal ini. Dan hari kesekian ramadhan, aku kemalingan. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku biasa saja. Teman-temanku yang tidak biasa saja, ya mereka cukup layak untuk dikatakan heboh. Bersyukurkah aku punya mereka? Harus! Bagaimana dengan orang tuaku? Dari yang aku dengar di telepon, mereka juga sama, biasa saja. Temanku bilang, kenapa malingnya tidak lebih tertarik mengambil buku-bukuku yang harganya mungkin lebih mahal dari yang berhasil mereka ambil. 

Teori semua ada hikmahnya itu benar. Setelah kehilangan semua benda itu, aku lebih bersemangat melahap buku-buku yang belum sempat kuselesaikan sebelumnya. Tentu saja karena tidak ada lagi hal yang bisa kukerjakan. Sekarang, aku punya-lebih tepatnya dipinjamkan-yang kata temanku pengganti kesabaranku selama ini, sebuah sepeda motor. Tapi, abahku kurang setuju aku memilikinya. Aku dipinjamkan sepeda motor dari sebuah keluarga yang baru aku temui pada saat itu juga. Tentu saja di dalam hati aku heran, kegirangan, dan agak malu, walau yang keluar dari mulut hanya kata-kata penolakan secara halus dan rasa tidak enak. Padahal itu adalah kode tersirat dari sebuah rasa bahagia. Alhamdulillah.

haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts