Sabtu, 14 Juli 2018


Mentok, ibu kota dari Bangka Barat ini juga menyimpan banyak wisata alam. Salah satunya ialah Pantai Tanjung Kalian, dengan mercusuar menjulang tinggi yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Naik dan turun mercusuar memerlukan waktu kurang lebih 5-10 menit. Dengan mengantongi uang Rp 5.000, kita bisa menikmati sunset dari ketinggian. Pantai Tanjung Kalian sendiri terletak tempat di samping pelabuhan Mentok, Kabupaten Bangka Barat. Masuk ke dalam lingkup pantai pun tidak dipungut biaya.

Jika pengunjung ingin bermalam atau camping di sekitar pesisir pantai, jangan lupa menyisipkan keramahtamahan dengan bapak-bapak penjaga di situ. Hal yang paling penting adalah meminta izin. Selain untuk izin berkemah, hasil dari ramah tamah tadi kita bisa mendapatkan akses air bersih, listrik, mushola, dan toilet di dalam pusat penjagaan. Disarankan untuk tidak mendirikan tenda jauh dari pusat penjagaan, agar akses tidak terlalu sulit. Jika ingin menitipkan motor di dalam kawasan penjagaan juga bisa, tapi lebih baik diletakkan saja di sekitar tenda. Jadi jika ada keperluan setiap waktu kendaraan tetap tersedia, terlebih untuk golongan mager-ian. Gerbang kawasan penjagaan tutup sekitar pukul 21.00–22.00, dan buka kembali waktu subuh. Bangun pagi tetap harus dibiasakan di manapun dan kapanpun, terlebih bagi kita seorang muslim. Salah satu keuntungannya kita akan disuguhi sunrise. Agar lebih indah, bisa dinikmati dari atas mercusuar. Untuk naik yang kedua kalinya, tidak akan dipungut biaya.

Jangan lupa selalu menjaga kesopanan, bawalah barang berharga di tas kecil yang selalu di bawa ke mana-mana, dan jangan meninggalkan tenda tanpa penjagaan. Hal ini terjadi saat kami berkemah di sana. Memang ada yang tinggal di tenda, tepatnya ada dua orang yang masih tidur di tenda yang berbeda. Alhasil, saat kembali, tenda kosong lainnya sudah dalam keadaan sudah terobrak-abrik. Walau memang tidak ada yang hilang.

Dari segi kebersihan dan keindahan, pantai cukup bersih dan terawat. Setiap pagi ada penjaga yang membersihkan daerah sekitar pantai, walau jangkauan tempat yang dibersihkan tidak terlalu luas. Jika sudah dalam jarak yang lumayan jauh, perilaku-perilaku tak bertanggungjawab terlihat dari sampah yang berserakan. Meskipun tidak terlalu direkomendasikan untuk berwisata ke Pantai Tanjung Kalian ini, wisatawan yang ingin berkunjung tetap bisa menikmati keindahan dari mercusuar yang tidak ditemukan di tempat lain. 





 Rekomendasi destinasi wisata selanjutnya masih di Mentok, yaitu Bukit Menumbing. Yang spesial dari tempat ini adalah rumah tempat Ir. Soekarno diasingkan dulu. Untuk mencapai puncak bisa dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan. Kendaraan hanya bisa kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat yang tidak terlalu besar. Biaya masuk hanya diminta di bawah bukit senilai Rp 3.000/motor dan Rp 5.000/mobil. Jika dalam perjalan beregu dan dalam waktu yang lama, bisa dengan berjalan kaki agar dapat lebih menikmati keasrian dan kelelahan sewaktu mendaki. Medan yang ditempuh memang selalu menanjak. Untuk para pejalan kaki, disediakan pos di beberapa tempat untuk beristirahat. Sedangkan bagi yang membawa kendaraan, diharapkan untuk selalu menempatkan kendaraannya di posisi gigi satu. Sampai di atas, setelah memakirkan kendaraan, pengunjung bisa langsung masuk ke tujuan utama, rumah Ir. Soekarno. Biasanya untuk perjalan beregu seperti anak sekolahan, di awal akan ada pemandu yang menceritakan secara singkat tentang kediaman ini. Saat pertama kali betandang ke sana, sang penjaga malah mempertontonkan aksi uang melayang. Jika tidak ingin turun bukit dengan tangan kosong, bisa membeli aksesoris khas Bangka yang di jual di puncak bukit. Selain rumah milik presiden pertama Indonesia ini, ada juga tangga seribu yang masih berada di area sekitar rumah. Saat turun bukit, pengendara motor atau mobil (terutama motor) bisa mematikan mesin kendaraan untuk menghemat bahan bakar. Sayangnya tidak banyak yang tertangkap kamera, foto di bawah adalah panaroma dari atas bukit.


Bukit Sempan adalah salah satu objek wisata di Kabupaten Bangka, tepatnya di Desa Sempan. Dengan tiket masuk seharga Rp 5.000 kita bisa membawa kendaraan roda dua sampai tempat yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki ke atas bukit kurang lebih selama 5 menit. Bagi yang tidak terbiasa berolahraga atau berjalan kaki dengan medan yang menanjak perjalanan singkat ini cukup membuat keringat mengucur dan membuat napas ngos-ngosan. Tapi kelelahan awal ini tidak terlalu berarti jika sudah melihat panaroma dari puncak bukit. Untuk mengisi ulang energi yang terkuras saat mendaki, pengunjung  bisa membawa bekal berupa air minum dan makanan sembari duduk santai di beberapa tempat. Jika tidak ingin repot-repot menambah beban saat mendaki pengunjung juga bisa mengandalkan makanan dan minuman yang dijajakan di pondok ala-ala warung.  Tapi jangan terlalu berharap jika sedang padat pengunjung. Seperti saat kami ke sana, ketersediaan air minum terbatas. 

Jangan khawatir akan tempat bersantai yang terbatas, ada dua bagian puncak di awal dan setelahnya. Terdapat beberapa kursi, ayunan, dan spot foto yang instagramable. Spot foto ini bisa berupa lantai kayu yang dibuat di atas pohon dengan beberapa tingkatan, kata-kata bijak yang tertulis di papan, replika jam di dinding kayu, juga beberapa tempat bersantai. Wisata alam ini sangat cocok untuk kawula muda, generasi zaman now. Para orang tua juga bisa mengajak keluarganya berekreasi ke sini, walau tidak terlalu disarankan, terlebih jika membawa anak balita. Keuntungan membawa anak di bawah umur adalah tidak perlu merogoh kocek untuk tiket masuk.






haa hiya dzih

Foto saya
Penulis yang merupakan gadis kelahiran Bangka dan akrab disapa Yuqo ini memiliki nama lengkap Yusti Qomah. Inilah jurnal dari penulis dengan beribu mimpi, ditulis dalam segala kondisi.

Popular Posts

Recent Posts